Dec 31, 2009

Century... Bikin Capek



Sudah agak capek saya mengamati keberlangsungan percekcokan antara pansus dan pemerintah terkait kasus Bank Century. Kedua kubu masih bersitegang bagaimana seharusnya sebuah kebijakan layak dikeluarkan. Masing-masing mempunyai pendapat dan bukti-bukti kuat, di satu sisi Pansus mempunyai data BPK dan pemerintah mempunyai bukti.... dampak sistemik.
Ya, dampak sistemik. Itulah yang membuat capek banyak orang. Keyakinan para ekonom nomor wahid di Indonesia bahkan dunia diragukan oleh para orang awam yang tidak merasakan dampak krisis ekonomi 2008 saat itu. Mereka mengatakan, "Mana Mungkin berdampak sistemik, kan bank-nya kecil???"
Ini merupakan permasalahan yang kalut. Bagaimana bisa kita membuktikan perkataan seorang ekonom tanpa membuktikannya terlebih dahulu? Bagaimana juga kita akan membuktikan... lha wong itu sudah terjadi di masa yang lalu?
Tapi satu hal yang saya yakini bahwa Ibu Menkeu dan Bapak Wakil Presiden adalah orang yang jujur dan bersih (setidaknya dalam mengelola keuangan negara). Saya hanya bermodalkan yakin karena saya sendiri masih belum cukup ilmu untuk menerangkan secara terperinci dan valid bagaimana sebenarnya kasus ini berjalan. Jadi, bisa dikatakan ini adalah PR saya.
Saya juga agak menyayangkan bagaimana sikap para pemuda kita yang langsung menuntut mundur Ibu Menkeu dan Bapak Wapres, yang sekiranya atas usahanyalah (dan izin Allah tentunya), sehingga kita tidak terlalu merasakan dampak sistemik ini pada jangka waktu yang lama... Tapi apa boleh buat, opini publik telah terbentuk. Manusia hanya bisa menyesali atas apa kesalahan yang diperbuat.
Semoga berhasil bagi para pembela kebenaran.
Nb: Inalillahi Wainnalillahi Roojiuun... Gus Dur telah tiada... menunggu giliran kita.

Dec 14, 2009

Bu Sri dan Pak Ical - Bakal Berbuntut Panjang



Bu Sri Mulyani

Kini, masyarakat Indonesia sedang asyik-asyiknya menunggu bagaimana tim-tim bentukan pemerintah mengusut tuntas skenario penilapan uang oleh Bank Century. Tapi tampaknya, keasyikan tersebut akan semakin meriah dengan perseteruan antara Pak Ical (Aburizal Bakrie) dan Bu Sri (sebenarnya panggilan beliau Bu Ani, tapi tak apalah - Bu Sri Mulyani).
Perseteruan yang kini diwarnai aksi saling buka kartu "JOKER" membuat sejumlah pengamat politik tersenyum. Mereka menganggap dengan adanya perseteruan tersebut mudah-mudahan kecurangan-kecurangan masing-masing pihak bisa diselediki lebih jelas. Tapi saya menengarai, Pak Ical kini dalam keadaan kalah angka. Pak Ical masih belum mampu benar-benar membuat Bu Sri kalah bicara - Bu Sri hampir selalu dapat melandaskan semua perbuatannya dengan landasan hukum yang tepat.
Namun ada juga masyarakat yang was-was dengan perseteryuan tersebut. Alih-alih mau melerai, mereka justru ingin menjauhkan keduanya dari kursi kekuasaan. Mereka menilai perseteruan seperti itu tidak pantas untuk dipublikasikan secara luas... "Profesionalismenya mana?"
Terlepas dari semua itu, kini kita bisa melihat sejauh mana kedewasaan panggung politik kita. Indonesia baru genap berumur 11 tahun dalam berpolitik demokrasi pasca-reformasi 98. Secara sistemik, panggung politik kita memaksa para elite politiknya untuk membuka kecurangan-kecurangan yang pernah mereka perbuat. Hal ini dikarenakan panggung kita sudah dicap sebagai panggung demokrasi yang menuntut transparansi.
Apa pun hasil dari perdebatan kedua belah pihak nantinya, tentu sedikit banyaknya akan memengaruhi jalannya penelusuran kupas tuntas Bank Century - mengingat juga Pak ICal merupakan orang yang memilih ketua hak pansus untuk kasus Bank Century. Siapa tahu juga, dengan perseteruan tersebut ada yang salah bicara, kemudian terdengar... "Ups...!!!" Hahaha... politik itu kotor, tapi berani kotor itu baik. Betul kan Bu Hughes?

Dec 7, 2009

Pemberantasan Korupsi





Kini Indonesia sedang dirundung masalah krusial. Instabilitas nasional terancam terganggu. Rakyat, mahasiswa, dosen, elite politik, aparat penegak hukum, semuanya sedang dililit krisis kepercayaan yang nampaknya akan berbuntut panjang. Jika tidak segera diselesaikan, tentu ketahanan nasional akan secara menyeluruh terganggu.
Anggapan ini ditunjukkan oleh berbagai opini berita yang mempunyai tendensi memojokkan pemerintah selaku aktor utama pembuat kebijakan. Namun saya sebagai pengamat politik, ekonomi, dan bisnis (baru klaim sekarang, hehehe), melihat adanya kecenderungan kesalahan mendasar yang sering dilakukan oleh masyarakat.
Perlu diingat bahwa saya memberikan pernyataan di sini bukan atas dasar kepentingan politik atau sebagainya yang mempunyai hubungan dengan pro-pemerintah. Sama sekali bukan itu!!! Saya mengatakan ini tentu untuk kebaikan semua terutama bagi saya sendiri, sehingga saya dan saudara-saudara pada umumnya mengerti kondisi yang sebenarnya dari bangsa ini.
Nanti, pada tanggal 9 Desember, bertepatan dengan hari antikorupsi sedunia (saya baru tahu beberapa waktu yang lalu sejak saya menulis ini) masyarakat akan mengadakan parade massal dengan didukung oleh berbagai gerakan mahasiswa, dosen, praktisi, hingga para elite politik. Masyarakat secara bersama-sama ingin menunjukkan "kekuatannya" dihadapan pemerintah yang dinilai lamban dalam menjalankan fungsinya untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih. Masyarakat kini telah menampakkan rasa bosannya dibodohi oleh para pemegang kekuasaan, seolah-olah pemegang kekuasaan bisa membodohi rakyat untuk kesekian kalinya... Namun, pesan yang tersirat di sini. Apakah pemegang kekuasaan, terutama presiden dan belum tentu DPR, memang mempunyai maksud yang dituduhkan masyarakat kepadanya, yaitu ingin mengulur-ulur waktu pemberantasan korupsi.
Hendaknya perlu diketahui oleh masyarakat bahwa sebagai presiden sikap kehati-hatian merupakan prinsip penting yang harus dijaga. Di satu sisi saya setuju bahwa presiden harus menjaga kredibilitasnya sebagai pemimpin, namun di sisi lain Presiden tentu mempunyai maksud implisit yang ingin disampaikan.
Pernah saya baca di buku bahwa menemukan kebijakan yang tepat untuk masyarakat adalah hal yang mudah (kadang yang paling mudah) bagi presiden karena dibantu oleh para menterinya. Namun kesulitan paling sulit adalah membuat masyarakat mengerti tentang kebijakan yang ia buat... karena sering terjadi kesalahpahaman antara rakyat dengan pemimpinnya. Biasanya Presiden meminta ahli media pers untuk memberikan pertimbangan untuk setiap kebijakan publik yang ia ingin berikan. Bisa anda bayangkan bagaimana posisi pemerintah saat ini (saya maksud presidennya) di saat harus mengurusi berbagai macam persoalan di satu waktu.
Kita adalah rakyat yang menunggu. Kita ingin cepat, namun dilakukan dengan tepat. Adapun masyarakat yang ingin serba cepat, bolehlah asalkan ia mengerti dengan baik dan benar sistem dan aturan main di negeri ini. Saya merupakan pengagum para cendekiawan dan praktisi yang berkaitan erat dengan masalah ini terlepas bagaimana saja opini yang dilontarkan (apakah pro atau kontra pemerintah).
Bagi saya, korupsi adalah kejahatan luar biasa di muka bumi ini... dan hukuman mati mungkin pantas untuk diberikan...

Nov 29, 2009

Kuliah Series - New Point of View



New Point Of View


Setiap tempat baru tentu menyimpan aneka kejadian yang baru. Kita sebagai manusia, hanyalah korban 1 demi 1 kejadian tersebut. Tapi enaknya, kita bisa memilih kejadian apa yang mau kita rasakan, walaupun pilihan kita tidaklah absolut. Nah, masalahnya apakah kita mau berusaha untuk mendapatkan kejadian pilihan kita tersebut... The New Point of View.


****


Dalam perkuliahan umumnya, mahasiswa terus ditekan (atau dimotivasi harusnya) untuk mendapatkan nilai IP yang setinggi-tingginya. Sangat tinggi bahkan kalau perlu membuat anda mati sekejap jika mendengarnya (agak lebay ya?), sehingga menjadi tujuan semu yang utama bagi mahasiswa umumnya.
Kenapa saya katakan semu? Sekali lagi, karena kondisi perekonomian yang nyata tidaklah terwakilkan secara nyata lewat angka pertumbuhan ekonomi, yang pada kuartal pertama Indonesia bisa meraih angka 4 lebih % (nggak nyambung ya?). Manusia pun sama, termasuk mahasiswa, tidak bisa dinilai dengan angka semata.
Sebenarnya saya sudah banyak bercerita tentang hal ini, tapi tampaknya masih sulit untuk menghilangkan budaya semu macam ini. Kesulitan ini ditambah lagi dengan tradisi untuk menghargai orang berdasarkan atributnya, seperti jabatan, uang, rumah, dan IPK tentunya. Nah, kurang apa lagi...
Tapi, inilah fakta. Ini terjadi bukan atas kehendak saya, dan mungkin bukan atas kehendak anda. Ini jugalah yang menjadikan seseorang berbeda, yakni berbeda dengan lingkungan sekitarnya. So....
Look from the new point of view... It's nice to be different

Nov 27, 2009

Kuliah Series - Keep Your Dream On





Alhamdulillah... akhirnya saya posting juga, mengingat begitu banyak halangan yang merintangi saya untuk berp-posting ria. Yah, tapi tak apalah, selama saya masih bisa bernafas, apa pun halangannya, akan menjadi sarana saya untuk bersabar... sip???
Nah untuk rubrik kali ini, akan saya ceritakan sedikit pengalaman saya tentang perkuliahan. Perkuliahan itu menyenangkan, menyedihkan, dan mengharukan... tergantung individu masing-masing. Untuk yang kali ini (dan selanjutnya, semoga) saya akan memberikan deskripsi dari perspektif saya... Selamat menikmati


*****


Kuliah ya... Hmmmm... kuliah itu berarti anda telah tumbuh dewasa. Anda kini telah menjadi bagian dari kelompok masyarakat dengan segalam macam atributnya. Anda juga dituntut untuk dapat hidup sebagaimana orang dewasa pada umumnya, entah itu hidup, bekerja, tolong-menolong atau sebagainya. Itu gambaran umum dari kuliah.
Saya sendiri adalah seorang mahasiswa biasa yang baru menjalani kuliah beberapa bulan. Bagaimana rasanya? Ternyata banyak hal yang menyenangkan dalam perkuliahan, salah satunya adalah anda bisa terus bermimpi tanpa takut ditentang oleh teman ataupun keluarga sendiri. Dalam kuliah, satu-satunya musuh yang harus anda lawan adalah ya anda sendiri, bukan yang lain.
Mungkin dalam perkuliahan anda akan merasa bahwa perkuliahan adalah hal yang membosankan. Saya setuju dalam hali itu, tapi sebagai catatan, itu hanya sepintas. Kuliah merupakan wadah bagi orang-orang "terpilih" untuk berkumpul meraih impian. Anda akan berharga apabila anda bisa menghagai impian anda.
Inilah letak kesulitannya...
Terkadang manusia dihadapakan pada suatu pilihan... dan ia harus memilih tentunya. Bagi saya, yang akan berhasil selamat nantinya adalah orang yang berhasil memilih kematiannya tanpa disertai keraguan sedikit pun... (bingung??? anda bisa tanya kok)

Nov 5, 2009

Selamat Kepada Semuanya




Dalam rubrik ini saya akan memberikan ucapan selamat kepada semuanya yang telah njawab dengan sangat baik pada artikel kuis sebelumnya... tapi jawaban master dianggap terbaik karena
1) Simpel
2) Sulit dibantah
3) Sesuai EBS (Ejaan Blog Saya, hehehe...)
Namun, satu hal yang perlu menjadi koreksi untuk master, saya tidak merasa pernah menyamakan hati (liver) dengan Qalbu, karena sifatnya sendiri aja sudah berbeda antara satu dengan yang lain. Hati yang saya tulis di situ ya Qalbu itu sendiri...
Betul kata master, bahwa manusia diciptakan itu berdasarkan sebuah asumsi kecukupan, tapi tak akan pernah selesai dengan keinginan. Manusia diciptakan dengan 2 telinga karena 2 telinga itu cukup, begitu juga dengan penciptaan satu mulut.
Mungkin manusia menginginkan mata lebih dari satu agar bisa melihat serangan dari segala penjuru... Namun kenyataannya manusia hanya diberi mata 2, karena apa, karena itu sudah cukup. Jika mau ditambah, Maha Besar Allah dengan segala kemampuan-Nya pasti bisa-bisa saja, tapi perhitungan Allah pasti lebih akurat daripada perhitungan kita.
Hati pun juga demikian Allah memberi "satu" hati karena itu cukup. Satu juga berarti agar kita bisa menjaganya dengan baik, karena itu cuman satu (sesuai dengan pernyataan 1 milik Raven Saputra). Betul...?
Jadi pergunakanlah kesempatan untuk mendengarkan hati dengan baik. Keraskan "volume" suara hati agar suaranya bisa menggema di seluruh tubuh kita.

OK... semua sudah saya nyatakan sebagai pemenang. hadiahnya es teh virtual...
Selamat menikmati


Es Teh sedap

Mau kuis lain...? Liat di sini

Oct 29, 2009

Free Download File Protector

Maaf bagi para pembaca... karena artikel ini tidak ada kaitannya sama sekali dengan kehidupan ataupun kajian berita. Artikel ini lebih berupa titipan bagi saudara... ya ga apa2 ya kalau saya ekspansi ke kategori artikel lain.
Langsung saja, ini adalah program untuk melindungi file anda dari virus dan serangan "orang jahat" yang ingin mengutak-atik file anda. Tapi untuk bagaimana nggunakannya, lebih baik baca sendiri di manualnya... ada video trainingnya kok.
Semoga berhasil
Klik di sini untuk download. Semoga berhasil

Oct 28, 2009

Hore... Gaji Menteri Naik





Kabar gembira bagi anak menteri... orang tua mereka kemungkinan besar akan menikmati aliran cashflow lebih banyak tiap bulannya. Tapi bagi anak bukan menteri, ya... ikut bahagia aja ya...
Isu naik gaji bukanlah hal yang baru dalam dinamika politik di Indonesia. Rasa-rasanya pemerintahan baru harus dimulai dengan gaji baru juga (tapi harus naik lho...). Ini wajar, karena sebagai starter awal, motivasi yang bagus menjadi penentu utama bagaimana pemerintahan ini berjalan 5 tahun ke depan. Tapi masalahnya... uangnya dari mana?
Inilah yang menjadi PR pemerintah beberapa bulan ke depan jika ingin menrealisasikan rencana tersebut pada awal tahun 2010. Dengan anggaran yang melulu defisit, tentu rencana kenaikan gaji akan menjadi sorotan dari berbagai pihak. Tentu banyak masyarakat akan mempertanyakan apakah kenaikan gaji sudah dirasa begitu perlu, apakah tidak cukup gaji selama ini. Amatlah disayangkan apabila pertimbangannya adalah perbandingan dengan negara lain (saya melihat di koran bahwa di antara negara ASEAN, negara kita adalah salah satu negara yang paling sedikit menggaji presiden dan kabinetnya), karena sudah jelas bagaimana perbedaan kondisi keuangan negara kita dengan negara tetangga.
Tapi saya lihat juga di koran bahwa antara gaji presiden dengan gaji dirut BUMN ternyata berbeda jauh, contohnya adalah gaji Gubernur BI adalah 2.5 lebih besar dari gaji presiden saat ini (wah bisa kualat nih).
Tapi apa pun-lah namanya... apabila gaji mau naik, pikirkan dulu dari mana uangnya. bisa dari pemotongan anggaran dari kegiatan lain atau pengurangan pembangunan infrastruktur, tapi tentu yang rakyat harapkan dengan pegefisienan anggaran negara, seperti jual laptop para anggota DPR... hehehe
(Maaf pak dewan, cuman bercanda... nanti aku ditangkap lagi )

Oct 27, 2009

Mengkritik dan Bertindak





Waduh2x.... aku diweling (diingatkan) lagi sama master (mau liat klik di sini). Ini perihal dengan blog saya yang kurang lebihnya cukup banyak mengkaji kinerja pemerintahan dari waktu ke waktu. Tapi, bukan saya kalau tidak menanggapi dengan baik...hehehe...
Baik, terima kasih saya ucapkan kepada master atas peringatannya, saya hanyalah manusia biasa yang banyak kekurangannya jadi wajar dan senang apabila saya mendapat kritikan (mumpung ada yang mau ngritik). Ya... Betul apa yang master bilang, kita harus bertindak disamping terus mengkoreksi tindakan pemerintah, karena apa, karena mudah untuk bicara.
Kita tahu dan yakin bahwa pemerintah pada umumnya telah berusaha membuat segala sesuatunya berjalan maksimal agar rakyat hidup maksimal juga (kesejahteraannya maksudnya) tapi apa yang terjadi kebanyakan tidaklah sesuai harapan. Banyak dari sistem yang ada tidak berjalan maksimal, entah itu disebabkan oleh prosedur yang masih rancu, ataupun dari pelanggaran-pelanggaran dari individu yang berkaitan. Inilah yang menjadi fokus koreksi dari banyak aktivis (bukan termasuk saya).
Lalu di mana letak tindakannya...?
Yah... mungkin pertanyaan ini masih sulit untuk saya jawab, karena terus terang saya belumlah banyak bertindak bagi bangsa ini. Beda dengan master saya yang sudah sekolah di sekolah milik pemerintah sehingga keluar-keluarnya akan langsung mengisi roda pemerintahan. Mungkin ada dari teman bisa mengusulkan saya harus ngapain agar pemerintah bisa berjalan dengan benar.
Tapi begini, ada satu rumus yang saya pegang selama ini, "Jika suatu kaum tidak berusaha mengubah dirinya, Maka Allah tidak akanmengubah kondisi kaum tersebut." (Terdengar cukup adil bukan?)
Rumus di atas adalah suatu isyarat bahwa bangsa ini tidak akan berubah selama orang-orang yang di dalamnya tidak berubah. Sejauh apa pun saya bertindak, seberat apa pun tanggung jawab yang saya pikul, jika orangnya tidak berubah, yang ada hanya adzab Allah datang dari segala penjuru.
Nah pertanyaannya, apakah saya bisa mengubah orang? Sungguh saya tidak mempunyai kemampuan utnuk mebgubah orang lain, kalau saya punya, pasti akan saya ubah orang di dunia ini menjadi baik semua (mungkin ga ya? )
Jadi master... mungkin saat ini yang bisa saya lakukan hanyalah "mengkaji" kesalahan pemerintah... tapi alangkah beruntungnya saya apabila melalui kajian saya tersebut, ada seorang calon pemimpin atau sudah jadi pemimpin mungkin yang akan merubah berinisiatif memperbaiki bangsa ini dari waktu ke waktu...

Oct 24, 2009

Pertamina Ulang Tahun?





Artikel ini saya dedikasikan untuk Pertamina yang telah berjuang selama 52 tahun lamanya menyediakan BBM untuk kemaslahatan bersama.
Tentu dalam 52 tahun banyak rintangan yang menghadang dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam bidang energi (mengingat kita adalah negeri kaya minyak dan gas). Tapi tak bisa dikesampingkan juga berbagai keberhasilan Pertamina dalam usahanya mencukupi kebutuhan energi dalam energi, seperti.... Oh yaa... memberikan energi beasiswa kepada anak-anak bangsa yang berprestasi, betul?
Nah mengingat Pertamina telah berjuang begitu keras marilah kita melihat kembali beberapa kisah terbaru sepak terjang Pertamina dalam usahanya sebagai perusahaan pelat merah yang profesional, yaitu pihak Pertamina akan menaikkan harga tabung gas elpiji Rp 100/kg.
Adakah yang salah dengan hal ini? Menurut saya tidak, karena bagaimanapun juga yang namanya perusahaan pasti cari untung, kalau bisa sebesar-besarnya, dan pertamina berhak akan hal itu. Sejauh ini Pertamina mengaku terus rugi dan rugi, kalau terus merugi lalu karyawannya digaji dengan apa dong? kan ga mungkin kalau pakai daun. Itu karyawannya, gimana kalau jajaran direksinya, kan mereka maunya pulang dengan tangan penuh (bukan tangan hampa lho). Jadi wajar dong kalau menaikkan harga di saat masyarakat membutuhkannya.
Nah, letak permasalahannya begini, kenapa harus pertamina yang untung, bukan kita? Bukankah minyak di Indonesia adalah milik negara? Dan kitalah (maksudnya rakyat) yang
memegang kedaulatan negara... Seharusnya kita dong yang untung, betul?
Permasalahan ini terkadang menjadi paradoks tersendiri bagi perusahaan pelat merah yang di satu sisi ingin untung besar tapi di satu sisi ia harus memenuhi kewajibannya sebagai pelayan rakyat. Pertamina dengan "kuasannya" dalam mengatur perminyakan sulit untuk tidak tergoda untuk mentransform diri dari "pelayan" menjadi "penjual", dan karena kita sangat membutuhkan dia, ia akan berubah menjadi "raja". Nah ini yang celaka.
Kritik dari masyarakat tentu dibutuhkan sebagai kontrol agar hal yang saya ungkapkan di atas tidak terjadi, namun tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kritik ini:


  1. Kritik haruslah sesuai dengan etika dan norma

  2. Kritik haruslah mengandung maksud dan isi yang membuat penerima termotivasi untuk memperbaiki diri

  3. Kritik haruslah kritis, tidak boleh melencong dari konten yang disampaikan



Agaknya syarat "dasar" belumlah banyak dimiliki oleh masyarakat kita.
Nah untuk Pertamina ini kritik dari saya:
Kenaikan Elpiji dari waktu ke waktu adalah hal yang biasa mengingat gas elpiji adalah sumber daya alam yang terbatas, tapi yang perlu diperhatikan adalah efisiesi kerja. Efisiensi kerja ini perlu mengingat Pertamina adalah sebuah perusahaan sekaligus pelayan rakyat, tanpa efisiensi Pertamina adalah "beban" rakyat. Jadi sejauh manakah anda bisa membuat produksi anda efisien? itulah yang kami tunggu.

Nb: Oh ya, saya berterima kasih kepada Master saya karena telah memicu saya untuk memberikan komentar ini, semoga berhasil master....

IDM and Me




Hfff... What a day, I arrive to library from my dormitory just to see my computer walk on line very slowly. It was very slowly so I can make a coffee when my computer still accessing google.
I moved from one place to another place, but it was the same... So I came back to my library and wait so patiently hoping Allah give a miracle by giving a great bandwith for me. Why? because I must do something special in this day, it was reading
As usual, I came to my library to watch my favorite comic named huntexhunter. I really like the story, it's similar by one piece (it was the best manga on the world, after Ueki for sure...). I read it one page by one page, waiting for a long time just to see a few of dialog that make me more anxious to watch another page.
I'm depressed, I want to know what the main problem of the slowing connectivity. I look around, and found an ordinary thing in hotspot place, that's a crowd of people accessing the internet. It's often happen, right?
But I still don't believe seeing my computer so slooooowwwww..., I protested to myself and want to know what the real problem is. Leering one computer and another computer and manage to seize one conclusion. That was my neighbor using IDM (Internet Download Manager) to download more than ten files all at once. What a cruel man I think, did he know the effect to my computer, didn't he?
I think it must be hold a great conference among internet users to share the bandwith each one to another, giving them a chance to feel the greatness of Internet information. But I don't know, when will my dream become true??? (How much the possibilities do you think)
Okay... that's enough for me to grumble along the blog...
Thanks for watching.

Oct 22, 2009

Kenapa harus 8%?





Menteri baru Indonesia telah terpilih, meredakan hawa panasnya pemilihan orang nomor ke sekian setelah pemilihan orang nomor 1 dan 2 di Indonesia. Tapi yang namanya manusia, maunya yang hot, sekarang masyarakat akan berspekulasi tentang bagaimana kinerja mereka dalam waktu dekat ini, khususnya 100 hari ke depan - walaupun saya sendiri masih ragu bagaimana segelintir orang dapat mengubah Indonesia dalam 100 hari.
Ada bermacam-macam agenda tentunya dari berbagai menteri yang telah diamanati tanggung jawab, namun yang menjadi persoalan adalah apakah agenda tersebut sudah tepat? Karena kalau tidak tepat, entah itu seratus hari atau seratus tahun takkan ada bedanya. Betul?
Oleh karena saya siswa ekonomi, saya akan memberikan sedikit komentar perihal rencana pejabat tinggi negara untuk memperbaiki kondisi ekonomi kita.
Agenda yang saya baca di sini mungkin sudah "lumayan" untuk mengejar target jangka pendek. Namun untuk jangka panjang, saya rasa perlu lebih banyak lagi pembenahan yang banyak dianggap orang sepele, yaitu pada sektor moril bangsa. Saya tidak akan membahas mengenai ini di sini, karena mungkin tempatnya tidak cukup ya? Saya hanya akan membahas pada sisi ekonomi saja, yaitu masalah pertumbuhan ekonomi.
Bagi saya, agenda tersebut tidaklah mengejutkan (meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dengan kualitas yang lebih baik.) Kenapa tidak mengejutkan? ya... karena sudah berulangkali dibahas di media pertelevisian.
Saya hingga sekarang masih terheran-heran, kenapa angka pertumbuhan ekonomi terus saja disebut hingga sekarang (terlepas bahwa saya anak ekonomi lho ).
Saya tahu bahwa indikator dari kemakmuran kita adalah angka pertumbuhan ekonomi, tapi angka itu masihlah semu. Sama halnya ketika kita menilai kepandaian seseorang dengan nilai rapor. Tidakkah kita bisa lepas angka tersebut dan mulai melihat ke sekeliling kita. Andaikan ada cara untuk mengubah nasib bangsa, itu mungkin mirip dengan memberdayakan mereka, menaikkan nilai tambah kepada setiap daerah, dan memperhatikan bagaimana pendidikan kita + menetapkan suatu nilai moril dan agama yang kuat pada masyarakat (saya tidak bahas panjang di sini).
Saya belumlah expert dalam bidang ini, tapi saya banyak belajar dari pengalaman melihat para ahli berbicara (jika ada salah saya mohon maaf, mohon dibetulin ).
Pesan saya kepada para pemimpin dan calon pemimpin, bahwa negara kita membutuhkan lebih daripada sekedar pertumbuhan ekonomi. Krisis multidimensi telah menggugah kita untuk berpikir lebih ke dalam diri kita, memunculkan pertanyaan absolut, "Apakah kita telah melakukan hal yang benar?"
Ya... bercermin dan bercermin, telah seberapa jauhkah kita salah melangkah...?

Episode 3 Harapanku pada Manusia





| lihat seri sebelumnya |

.........................................


Tugasku telah dimulai, mengantarkan awan, membantu penyerbukan, dan mengatur cuaca di beberapa daerah… berat memang, tapi menyenangkan. Aku telah mengerjakan tugas ini selama beribu-ribu tahun lamanya, dan oleh karenanya aku mempunyai banyak teman, banyak dari penghuni langit dan beberapa dari penghuni daratan, termasuk bumi itu sendiri. Tapi kusadari, banyak teman bukan berarti banyak obrolan.
Sering dalam perjalananku aku mengigau sendiri dalam kesendirian. Kulihat matahari saat siang, bulan dan bintang saat malam. Aku sering berpikir alangkah damai mereka. Mereka tidak perlu merasakan akibat perbuatan “segelintir” manusia yang tak bertanggung jawab. Mereka jauh di atas sana, apa pun yang terjadi di sini tak akan ngefek kepada mereka. Yah… nasib.
Tapi sebenarnya diriku pun tak membenci manusia secara keseluruhan, aku tahu bahwa manusia memiliki sisi lain yang begitu baik dalam hati mereka, apalagi saat zaman Nabi masih ada, wah… dunia tampak seperti surga bagiku. Saat itu ingin sekali aku menjadi manusia, mereka mempunyai wewenang, yang mereka gunakan di jalan kebenaran. Kulihat mereka menumpas kaum yang jahil dengan keberanian. Tak kenal rasa takut, serasa hidup dan mati hanyalah untuk-Nya.
Kontras dengan zaman sekarang, manusia hampir tak bisa diharapkan, yang mereka perdulikan adalah diri mereka sendiri. Padahal ada begitu banyak sesama mereka, bahkan bisa dikatakan saudara mereka, hidup dalam kelaparan, tapi manusia lainnya justru hidup nyaman di atas penderitaan mereka. Apakah mereka memang tidak tahu, ataukah pura-pura tidak tahu?
Aku juga tak bisa melupakan apa yang telah diperbuat manusia kepada kawan-kawanku penghuni daerah langit. Kawanku, Awan, jadi enggan menurunkan hujan karena tahu di tubuh mereka ada tumpukan racun yang membahayakan apabila diturunkan bersama hujan. Ia sekarang terlihat lebih banyak diam, padahal dulunya ia adalah sahabat karibku yang periang dalam mengarungi lautan luas. Kemudian, terhadap temanku burung, tahukah engkau bahwa burung di dunia ini begitu banyak jumlah dan jenisnya. Ketika burung yang banyak sekali jumlahnya bermigrasi, engkau akan melihat keindahan yang tidak dapat engkau lihat di dalam rutinitas kecilmu. Tapi entah kenapa, pemandangan itu sekarang hilang, kalaupun ada jarang sekali terlihat. Sewaktu kutanya kepada anggota burung yang tersisa, hanyalah kata manusia yang terdengar. Ya… Manusia.
Tidakkah manusia berpikir apa akibat dari semua perbuatannya itu? Kalau mereka berpikir kenapa mereka tetap melakukannya? Tidakkah cukup kenikmatan yang telah bumi dan langit sediakan untuk mereka?
Pertanyaanku mungkin tidak akan pernah terjawab sesuai dengan harapanku. Sama seperti ketika malaikat bertanya kepada Tuhan,
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, "Sesungguhnya aku hendak menciptakan khalifah di muka bumi." Mereka berkata, "Mengapa Engkau menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dan mensucikan Engkau." Tuhan berfirman, "Sesungguhnya Aku mengeahui yang tidak kamu ketahui."
Aku hanya bisa berharap dan berharap, agar manusia segera sadar atas semua yang telah dan akan diperbuatnya. Aku tak bisa melepaskan harapanku kepada manusia karena bangsa merekalah yang dapat mengelola bumi ini menjadi lebih baik. Itu adalah keputusan Tuhanku, dan aku percaya keputusan-Nya adalah yang terbaik bagi kami. Semoga hembusanku dapat membuat manusia merasa, bahwa harapanku terletak pada mereka. Amin….

Kadang Hadiah Tak Terasa Manis



Hadiah Untukmu

Saya masih ingat betul bagaimana rasanya obat kumur yang begitu pahit masuk ke dalam mulut saya. Rasanya Pahit... n Ga enak, yang manis cuma harga obatnya... Gratis. Tapi apa yang terjadi setelahnya adalah suatu pelajaran yang menarik, yaitu saya sembuh... (waktu itu saya terkena radang gusi).
Pertanyaannya, apakah saya punya pilihan untuk menolak obat kumur itu? Punya, tapi waktu itu saya tidak punya waktu dan energi untuk berpikir bagaimana caranya menyembuhkan penyakit saya itu.
Mau tidak mau... tak ada obat yang tak pahit, begitu kata orang tua saya. sudah familiar kita diperdengarkan kata-kata bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati. Tujuan pencegahan tidak lain adalah demi menghidari rasa pahit itu. Tapi seringkali kita tidak dapat menghindar dari kealpaan dan membuat kesalahan yang membuat kita "sakit". Ya... manusia tidak akan pernah luput dari kesalahan.
Termasuk di dalamnya penyakit yang membuat hati kita kotor dan membatu. Dengan membatunya hati, kita tidak bisa lagi merasakan rahmat-Nya begitu dekat dengan kita. Kita juga tak bisa melihat ilmu-Nya yang begitu kental mengelilingi suasana kehidupan kita. Dan ironisnya, Kita juga tak dapat merasakan kedasyatan ancamannya yang siap menghantam kita.
Kadang kita merasa ancaman adalah hukuman. Padahal ancaman adalah hadiah, hadiah yang dibuat agar kita tidak "sakit". Tapi tahukah engkau rasanya "sakit"?
Rasa sakit itu mungkin akan terasa abadi... tak bisa dilupakan oleh berlalunya waktu, dan tak bisa diobati oleh obat apa pun, yang ada hanyalah memori yang begitu kuat akan menetap lama di dalam hati.
Tuhan memberikan hukuman dengan "sakit" agar kita dapat mengobati hati kita yang sakit. Sembuh atau tidaknya akan ditentukan oleh ketahanan hati dalam meyakini apa yang diberikan-Nya adalah yang terbaik baginya. Apabila hati kita kuat, kesembuhan menanti kita. Namun jika tidak, hati akan bertambah sakit, bahkan pada suatu titik, hati akan mati. Maukah kita merasakan "mati"nya hati...?
Bersyukurlah dengan apa pun "hadiah" yang ada... walaupun terkadang hadiah tak terasa begitu manis di hati kita...

Oct 21, 2009

Penyesalan dan Pengharapan


Penyesalan selalu datang di saat kita menengok ke belakang. Ia datang membawakan ingatan-ingatan suram yang sebenarnya ingin kita lupakan. Penyesalan datang dengan wajah senyum manis, bahagia melihat semangat kita untuk memperbaiki. Namun senyum itu belum cukup, belum cukup untuk merubah masa depan yang penuh kecemasan.
Ya... harapan...
Kita menunggu harapan yang akan datang menyelingi kehadiran yang penyesalan.
Akankah kita berpihak pada harapan?
Itu bergantung pada sikap kita terhadap penyesalan...




See another post:

Oct 19, 2009

2 Cinta dalam Satu Hati


kasih sayang


Ada jawaban menarik dari teman saya tehadap pertanyaan "unik" yang saya ajukan (mau lihat klik di sini). Ia mengatakan bahwa kita tidak bisa memiliki 2 cinta dalam 1 hati.
Apakah benar demikian?
Untuk menjawabnya, mari kita lihat cerita menarik yang pernah saya dengar/baca (saya agak lupa). Kalau nggak salah begini ceritanya...


Suatu saat ada seorang ayah yang sedang memperhatikan anaknya yang sedang beribadah dengan khusyuk. Ia tunggui agak lama sambil tersenyum-senyum bersyukur mempunyai anak yang begitu taat kepada Penciptanya. Kemudian setelah selesai anak itu beribadah, Si Ayah bertanya, "Nak, kulihat engkau sangat rajin beribadah. Apakah engkau beribadah karena kecintaanmu kepada Tuhanmu?"
Si anak menjawab, "Tentu Ayah, Dialah yang menciptakan langit dan bumi dan seisinya. Membuatku ada dari yang tiada dan menjadikan aku manusia yang sempurna. Bukankah wajar jika aku mencintainya?"
Si ayah tersenyum bahagia mendengar hal itu. Kemudian si Ayah melanjutkan,
"Lalu apakah engkau mencintaiku juga?"
Si Anak agak bingung dengan pertanyaan si Ayah, ia menjawab agak perlahan,
"Apakah tindakanku tidak mencerminkan demikian? Tentu aku mencintaimu Ayah"
Si Ayah meneruskan, "Bagaimana bisa di dalam hatimu ada dua cinta?"
Si Anak tersenyum, dia baru sadar bahwa ia sedang "dijebak" oleh Ayahnya.
Lalu dengan lantang dan tegas Si Anak menjawab , "Aku mencintaimu karena aku mencintai-Nya."
Si Ayah tersenyum lagi dan segera memeluk si Anak sambil berkata, "Aku menyayangimu juga nak."
.........


Bagaimana? Apakah cukup menjawab pertanyaan?
Ketahuilah, hati kita kita sangat luas, begitu luas sehingga bisa dipersamakan dengan luasnya samudra. Ketaatan dan cinta yang begitu banyak bisa masuk ke dalam hati kita, walaupun hanya satu. Tapi satu hal yang perlu diingat, bahwa cinta dan ketaatan kita harus berlandaskan dengan 1 hal, yaitu kepatuhan dan kecintaan kita kepada Allah.

Oct 17, 2009

Episode 2, Azurill Namanya


Bayi Lahir


|Lihat Seri Sebelumnya|


Ya… Setelah lama aku menunggu, orang itu akhirnya tiba… sang penghubung antara duniaku dan dunia manusia… Azurill.
..............................................................
Inilah saat sebuah kisah sederhana tentang manusia penghubung alam dan dunia manusia bermula…
Hari itu ya… seperti biasa, langit cerah, laut tenang, dan hal-hal indah lainnya.
“Ah nggak seru.” Omelku… aku masih dalam keadaan yang sama, menanti sebuah masa di mana manusia akan dimusnahkan dan diadili karena telah menyakiti aku selama beratus-ratus tahun lamanya. Namun, hari ini agak berbeda daripada biasanya. Kenapa? Karena aku tidak biasa melihat seorang Ibu meninggal karena melahirkan seorang anak. Ya… ketidakseruanku ternyata diselimuti kepedihan dari seorang keluarga yang menunggu kelahiran generasi barunya. Aku bukan tipe “udara” yang suka melihat hal-hal sedih, tapi tak apalah melihat sejenak manusia yang telah lama menyakitiku, mungkin aku bisa tersenyum sejenak puas melihat manusia menderita.
“Oh, ternyata anaknya laki-laki.” Kataku dalam batin.
Aku mendengar jeritan yang bersahut-sahutan dari luar rumah. Tapi keadaan terlihat kontras di bagian dalam rumah itu. Dalam rumah itu sepi, hanya ada si bayi, seorang laki-laki paruh baya, dan seorang bapak-bapak sudah renta. Aku hanya mendengar tangis bayi itu begitu keras… tapi aneh… aku tidak mendengar suara apa pun dari sang ayah.
“Kok aneh orang ini, istrinya meninggal dia malah kelihatan gembira dan santai.” gumamku dalam hati.
Memang benar aku tak mengerti banyak tentang manusia, tapi umumnya manusia akan sedih jika orang yang dicintainya meninggal. Hatiku dirundung rasa penasaran, ingin tahu kenapa orang ini tidak terlihat sedih sama sekali.
“Augus… kenapa kamu tidak terlihat sedih, bukankah istrimu meninggalkanmu? Apakah kau tidak menghargainya, sehingga kepergiannya tidak mengusikmu sama sekali?” Tanya seorang bapak-bapak tua kepada “orang santai” tersebut.
“Pak… sungguh jika bapak bisa melihat bagaimana keadaan hatiku saat ini, tentu bapak tidak akan berkata demikian kepada saya. Aku sedih… itu pasti, karena aku adalah manusia biasa. Tapi apakah pantas aku terlihat sedih dihadapan putraku yang baru lahir. Jika aku terlihat sedih saat ini, tidakkah ia akan berpikir bahwa aku tidak suka akan kedatangannya?”
Tiba-tiba angin berhembus agak kencang… Kata-kata orang yang bernama Augus ini serentak menggetarkan tubuhku yang terbuat dari berbagai macam gas. Aku setuju 100 % dengan kata-kata orang santai itu.
“Wah…wah… ada juga orang seperti dia. Namanya akan kuingat, Augus… ya, Augus…” Kataku.
“Lalu, anak itu akan engkau beri nama siapa?” Tanya bapak itu setelah terdiam agak lama.
“……” Augus tidak menjawab, ia hanya duduk melihat si anak yang terus menangis. Aku yakin dia belum mempersiapkan nama yang bagus untuk anaknya.
“Kalau boleh, akan kuberi nama dia…”
“Azurill…” Jawab Augus pelan menyela kata-kata si Bapak.
“Apa? Apa kau bilang? Aku tidak mendengar…”
“Namanya Azurill, Azurill Loutac.” Jawab Augus pelan.
“Azurill? Nama apa itu? Dasar orang aneh, memberi nama kok yang aneh-aneh.” Protesku mendengar nama yang nyentrik itu. Tapi aneh juga si Bapak, ia tidak protes ketika mendengar nama itu. Mungkin nama itu sudah biasa dalam keluarga mereka.
Si Bapak kemudian beranjak pergi, namun hanya beberapa langkah ia kemudian berhenti.
“Augus… entah kenapa aku merasa special dengan anak itu. Nama yang engkau berikan mungkin akan sangat cocok dengannya di kemudian hari. Bagiku, anakmu terlihat sangat berbeda… seperti kau Augus.” Kata Bapak itu kepada Augus.
Augus hanya tersenyum. Ia berdiri dan beranjak meninggalkan Azurill yang tidur di sebuah dipan kecil yang beralaskan kasur kecil. Ia kemudian berwudlu dan mengumandangkan adzan dengan indahnya di dekat telinga anaknya.
“Hah… tak kusangka ada orang macam dia. Anaknya nanti kira-kira seperti apa ya…?” Tanyaku penuh rasa ingin tahu.
Sewaktu itu aku tak bisa berlama-lama melihat drama pedih keluarga tersebut. Aku ada urusan yang banyak untuk menjaga dunia ini tetap seimbang. Aku harus mengantarkan awan pada tempatnya, membantu penyerbukan tumbuhan, membawa hawa panas dan dingin, dan masih banyak lagi. Aku hanya berharap bisa menemui keluarga itu lagi di lain hari. Minimal aku harus tahu bagaimana perkembangan Azurill.
Maka aku pun pergi meninggalkan keluarga itu, mungkin untuk beberapa waktu yang lama.
Bersambung...
********************************************************************************


Ehm… Ehm… Bagaimana ceritanya? Saya harap bisa menghibur para pembaca sekalian. Jika belum menghibur ya… tak apalah, namanya juga belajar. Akan sangat membantu saya apabila pembaca memberikan kritik dan sarannya. Ikuti terus kelanjutannya… semoga berhasil.

Oct 16, 2009

Episode 1, Perkenalan



Langit Cerah-Cerpen


Hah... Hari ini seperti biasa. Awan cerah, langit biru, dan lautan yang berombak menyisiri pantai dengan lembut. Wow, terlihat sangat indah bukan... Engkau beruntung, tapi tidak untukku. Saat ini aku masih menjalani masa hukuman yang sangat berat. Saking beratnya, aku jadi sering berpikir, kenapa ini harus terjadi padaku?
Aku berharap agar Tuhan langsung menghapusku saja, sehingga aku tidak perlu merasakan pedihnya hukuman yang aku terima. Coba bayangkan, aku harus menanggung hukuman itu seumur hidup!!! Dan aku tidak tahu kapan hidupku berakhir. Jika engkau jadi aku, aku yakin engkau akan mengomel lebih dariku.
Mau tahu hukumanku...? hukumanku adalah hidup bersama manusia. Hidup bersama manusia adalah mimpi buruk yang selalu menghantuiku walaupun aku telah terbangun. Mereka selalu mengotoriku setiap saat tanpa kenal rasa lelah. Siang, malam, pagi, dan siangnya lagi kotoran-kotoran itu terus keluar dari cerobong-cerobong besar yang mereka bangun. Ingin rasanya aku menghancurkan gedung-gedung laknat itu...!!
Tapi aku tidak kuasa... aku ada bukan untuk menghukum manusia. Kok aneh ya, Kalau memang aku diciptakan untuk manusia, kenapa manusia justru menjadi hukumanku.. apakah aku dicipta untuk dihukum?
Aku tidak tahu jawaban pastinya dan mungkin tidak akan pernah tahu jawaban pastinya. Aku berharap suatu saat ada manusia yang memangggilku dan mengajakku bicara. Aku ingin menceritakan semua hal yang aku rasakan kepada orang tersebut. Setidaknya aku punya teman curhat untuk mengurangi rasa sakit yang telah lama tertimbun. Tahukah engkau rasanya berdiam diri menahan rasa sakit tanpa ada orang yang mau mengajakmu bicara, walaupun itu hanya sesaat?
Beruntunglah manusia, bersyukurlah manusia. Mereka memiliki apa yang tidak kumiliki. Mereka dapat menguasaiku, sedangkan aku tidak. Yah... Nasib.
Oh ya... aku lupa, manusia juga memanggilku dengan nama yang lucu, ada yang memanggilku UDARA, ada yang AIR, atau sebutan-sebutan aneh seperti LUCHT.
Ingin rasanya aku dapat memanggil mereka sebagaimana mereka memanggilku, tapi apa daya, tidak ada manusia yang dapat mendengar panggilanku. Aku berharap suatu saat ada orang yang dilahirkan dengan sebuah keistimewaan. Ia tidak perlu pintar matematika, IPA, atau pelajaran-pelajaran memusingkan yang lain. Cukup satu keistimewaan, bahwa ia dapat mendengar suara alam... termasuk suaraku. Mungkinkah itu?
Walaupun hanya ada 1% kemungkinan akan ada manusia yang bisa mendengarku, akan aku tunggu kedatangannya. Ia akan menjadi penghubungku dengan bangsanya. Ia akan menyelesaikan hukumanku, dan aku bisa hidup bahagia dengan manusia. Itu harapanku...
Bersambung...


**********************************************************************************



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Selamat pagi pembaca, ada kabar gembira pada pembaca penghobi cerpen atau cerita-cerita sederhana lainnya. Saya sekarang telah berniat untuk membuat sebuah cerita pendek yang bersambung, bisa disingkat cerpen...bung.
Alhamdulillah, 1 episode telah selesai, semoga cerita ini bisa memberikan hikmah kepada pembaca sekaligus memberikan hiburan yang berkualitas. Amin...
Seperti biasa saya tunggu komentarnya...

Oct 15, 2009

Menafsirkan Realitas Kehidupan



Einstein


Hari ini adalah hari yang cukup spesial, saya mendapat pengetahuan tambahan yang mungkn bisa dibilang lumayan berharga untuk terus diingat. Pengetahuan tersebut disampaikan secara tulus dari dosen kepada kelas kami berhubung waktu itu kelas kami ramai (bukan termasuk saya) dan kurang memperhatikan apa-apa yang disampaikan oleh dosen saya. Jadi ya.. agak gimana gitu kondisi saya saat menerima "sindiran" cerdas dari dosen.
Sindiran cerdasnya berbunyi seperti ini


Untuk menjadi orang yang cerdas sangatlah mudah, namun untuk menjadi orang yang bijak amatlah sulit

Bagaimana menurut anda? apakah menjadi orang yang cerdas itu sangat mudah...?
Kalau saya pribadi setuju dengan pendapat dosen saya. Di samping penjelasan-penjelasan yang akan saya uraikan di artikel ini, ada satu hal yang membuat saya percaya pada kata-kata tersebut, yaitu keyakinan saya bahwa itu adalah pengalaman pribadi beliau. Beliau mengatakan hal itu tidaklah serta merta menyimpulkan bahwa orang cerdas itu sekarang banyak dan kurang bernilai dibandingkan orang bijak. Ia menyebutkan seperti itu bagi saya adalah pengalaman atas kehidupannya yang merasa bahwa menjadi orang cerdas saja itu tidak cukup, anda harus menjadi seorang yang bijak.
Tahukah anda perbedaan antara orang yang cerdas dan orang yang bijak?
Saya akan menjelaskan perbedaan tersebut dengan versi saya sendiri (tidak 100% benar), mari kita gunakan diagram venn, jika orang cerdas adalah himpunan A dan orang bijak adalah himpunan B maka himpunan A adalah himpunan bagian dari himpunan B, sehingga setiap anggota himpunan A adalah anggota himpunan B. Union dari himpunan A dan B adalah himpunan A itu sendiri...??? Bingung dengan penjelasan saya?
Intinya untuk menjadi orang yang bijak, cerdas adalah sifat yang wajib untuk dipunyai. Orang tanpa ilmu dan kepandaian dalam mengolah informasi tidak akan menjadi orang yang bijak.Itulah kenapa tiap Rasul mempunyai 1 sifat wajib yaitu cerdas.
Lalu di mana letak perbedaannya? Ya... itu yang saya bikin judul untuk artikel ini, yaitu kemampuan seseorang dalam menafsirkan macam-macam realitas kehidupan.
Orang cerdas boleh pandai dalam hal mengolah data, namun diperlukan orang yang bijak untuk menafsirkan apa yang terjadi sehingga orang tersebut akan menghasilkan suatu keputusan yang memang baik untuk diikuti. Pernahkah anda melihat orang cerdas yang tidak tahu bagaimana yang seharusnya ia lakukan dalam menjalani kehidupannya? Ya... itulah perbedaannya.
Perlu diingat cerdas tidaklah selalu identik dengan nilai A, 100, B+, 90, atau simbol-simbol akademis yang lain. Kecerdasan dilambangkan dengan tingkah laku yang mempunyai impact yang baik. Ia harus sabar, tenang, teliti, dan lain sebagainya walaupun pada kenyataannya ia buruk dalam mendapatkan nilai memuaskan dalam setiap mata pelajarannya. Apakah anda salah satu di antaranya?
Janganlah putus asa. Keberhasilan adalah hak bagi setiap orang yang mau berusaha dalam menjalani segala konsekuensi untuk mendapattkan keberhasilan tersebut. Tuhan tidak diam saja dalam memelihara kita. Tuhan akan selalu membimbing mahkluk-Nya yang sering ingat dan memohon akan apa-apa saja yang ia butuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Maukah anda menjadi orang bijak... langkah pertama anda adalah komentari artikel yang saya buat ini.




See Another Post:

Oct 12, 2009

Masihkah Kita Menggantungkan Nasib?



Negara Indonesia


Dalam artikel ini saya tidak bermaksud untuk mengkaji politik dengan teramat dalam, saya hanya memberikan kajian analisis seperlunya untuk dapat memberikan gambaran umum tentanga bagaimana kehidupan kita seolah-olah sangat bergantung pada pemerintahan. Apakah Anda merasakan hal yang sama?
Telah kita saksikan bersama, kemenangan kedua kalinya secara beruntun (pertama kali pasca-reformasi) SBY terpilih oleh "sebagian besar" masyarakat untuk memimpin kembali masyarakat. Bagi mereka pendukung SBY, ya... senanglah. Berharap perubahan akan "muncul" untuk kedua kalinya. Tapi yang nggak ndukung? bisa diam, bisa ngumpat, bisa nggedumel (ngomel), atau apalah terserah. Tapi ada sindiran negatif yang dituliskan oleh seorang pengamat politik mungkin, yang menggelitik saya untuk memberikan opini.
Intinya begini, ada seorang warga miskin yang begitu setia kepada SBY, menyumbangkan suaranya pada 2 pemilu kepada SBY. Dalam tulisannya, "ia" menerangkan bahwa si warga sangatlah setia menunggu janji perubahan, walaupun dalam 10 tahun tidak perubahan nyata yang ia terima. Tapi ia hanya bisa pasrah, menunggu, dan menunggu, hingga ajal menjemput kemudian.
Wah tragis banget ya si warga!!
Kita bisa merasakan, kehidupannya diisi dengan penantian yang tak pasti.
Tapi sebenarnya, kemana arah pembicaraan pengamat politik tadi? Saya menganalisa dengan keyakinan hampir 100 % bahwa ia sedang bertanya kepada kita, "siapa yang salah?" Bisakah anda menjawab?
Kalau saya lebih baik diam, tidak ada yang salah dan yang benar pada kasus ini, hanya kita perlu memperbaiki pemahaman kita terhadap kehidupan ini.
Alangkah baiknya bagi diri kita sendiri jikalau kita mengandalkan diri sendiri untuk meraih impian kita. Kebahagiaan, kesusahan, dan melodi harmoni kehidupan akan terasa indah ketika kita mendengarnya dengan telinga kita sendiri. Tapi di saat kita membutuhkan bantuan, tak mengapa jika kita menerima bantuan tersebut. Tapi ingat, itu hanya bantuan. Jangan mengharap lebih..
Tindakan apapun dari pemerintah yang mengenai kita, entah itu berupa subsidi, training atau yang lain hanyalah sekedar bantuan. Kita sendirilah yang akan menentukan arah layar kehidupan akan karam di tengah jalan atau sampai di tempat tujuan.
Saa mengharap bagi masyarakat Indonesia umumnya untuk segera mengubah persepsi umum mengenai "bantuan" ini. Besar harapan ini akan menjadi motivasi siwa untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Amin




See Another Post:

Kenapa Hanya 1 Hati?



kupu-kupu indah

Ada pepatah lama yang sering mengatakan begini, "Banyaklah engkau mendengar daripada berbicara, oleh karena telingamu berjumlah dua daripada mulutmu yang cuma satu." Logiskan apabila kita cerna, bahwa kita memang harus banyak mendengar daripada berbicara, karena banyak orang menyesal dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Sedangkan mendengar adalah sangat baik bagi mereka yang mengambil ilmu daripadanya.
Nah, jika sekarang saya memberi anda pertanyaan begini, "Lalu kenapa kita hanya mempunyai 1 hati? Bukankah kita harus menggunakan lebih banyak suara hati..."
Jika dianalogikan dengan ungkapan pepatah di atas, pertanyaan saya mempunyai indikasi yang mengarah berlawanan, oleh karena hati hanya satu maka konsekuensi logisnya adalah kita gunakan saja sedikit hati untuk melakukan kegiatan kehidupan kita. Tapi ini salah kan?
Nah bagaimana menjawab pertanyaan ini? Ada beberapa teman sejawat yang dengan baik hati mau menjawab pertanyaan "sepele" seperti ini. Saya pilihkan jawaban terbaik, diantaranya:


  • Njaga 1 hati saja susah apalagi 2

  • Agar kita konsisten

  • Karena kita tidak selalu harus mengetahui alasan sebuah keberadaan di dunia ini...

  • Agar kita tidak mendua dalam cinta, janji, dan ketaatan.



Hmmm... Bagaimana menurut anda?
Untuk jawaban pertama, ya itu benar sih... tapi kenapa kita merasa susah dengan 1 hati, bukankah jika Tuhan mau, kita akan diberikan pedoman untuk menjaganya. Gimana hayo...
Untuk jawaban kedua... Agar kita konsisten, ini masuk akal, namun kekonsitenan ini berupa apa? anggap saja hati adalah sebuah wadah. Kemudian kita diberi 1 wadah lagi untuk menampung segala ilmu yang ditanamkan ke dalam hati kita... Bukankah itu tetap konsisten, kan yang penting isinya bukan wadahnya... Betul?
Untuk jawaban ketiga... Wah ini jawaban filsuf nih. Tapi ga pa2 juga, itu benar. Tapi yang menjadi pertanyaan saya belum terjawab.
Untuk jawaban keempat... Nah ini agak mirip dengan jawaban kedua, yaitu "konsisten", kalau kita tidak mendua sifat artinya kita konsisten, tapi tidak apa-apa juga kalau ditambahkan. Mau tau jawabannya klik disini aja, agak panjang soalnya...
Ingat ini bukanlah sebuah diskusi penting, apa pun jawaban anda tidak akan berpengaruh banyak kepada kehidupan anda, karir anda, atau nilai akademis anda. Saya hanya mengajak anda berpikir sejenak mengenai hal yang mungkin simpel dan sepele, tapi menantang juga kan...
Kehidupan akan indah disertai pemahaman akan hidup dan mati yang baik dan terpadu. Bagaimana kita mengintegrasikan sesuatu yang kontras macam itu adalah pintar-pintar kita mengkaji wahyunya, belajar pada yang ahli, dan terus menerus berpikir untuk menemukan solusi yang tepat untuk menutupi kekurangannya. Hal itu bukanlah pekerjaan sehari yang bisa diselesaikan dengan hanya membalikkan tangan. Diperlukan pemikiran yang kuat dan luas untuk dapat menerima segala "isyarat"-Nya dalam berbagai bentuk. Jadi anggap saja kita sedang berlatih berpikir.

Nb: Jawaban Menyusul, setelah banyak argumen yang muncul di kolom komentar... Oh ya... dan satu lagi, tidak ada jawaban yang benar dan salah, yang ada saling melengkapi, jawaban yang pasti benar adalah Wallahualam Bisawab... Semoga berhasil.





See Another Post:

Oct 6, 2009

Diskusi yang Nggak Penting



Menjaga Kebaikan-Diskusi Nggak Penting


Selamat Pagi Pembaca.... Eh malam apa siang ya?? Gimana ya... mungkin kita diskusikan saja ya apakah saat ini siang atau malam. Anda tentu mau kan berdiskusi dengan saya untuk menemukan solusi permasalahan di atas?....
Saya rasa tidak. Jika anda adalah orang yang menjawab ya, percayalah... anda adalah orang yang spesial dan jarang untuk zaman sekarang.
Saat ini adalah masa di mana waktu telah menentukan hidup kita jauh tahun-tahun ke depan. Waktu menjadi begitu penting, dan kita harus pandai-pandai untuk mengelolanya, salah satunya untuk menggunakannya secara efektif dalam berdiskusi dengan salah seorang teman anda.
"Biasanya" orang akan mengelompokkan masalah yang akan didiskusikannya menjadi 2 golongan, yaitu penting untuk dibahas dan yang nggak penting untuk dibahas. Dan nantinya, ketika pembahasan telah melebar jauh dari tujuan awal anda sah-sah saja berkata, "Ah nggak penting untuk dibahas.". Yah begitulah banyak celetukan pengakhir segala upaya untuk mencari ilmu lebih dalam lagi.
Lho kok bisa?
Apakah anda pernah menyadari bahwa hampir seluruh fakultas ekonomi di dunia membicarakan hal yang bagi tukang becak sangat tidak penting? FE hampir di seluruh dunia selalu membahas hukum permintaan, "JIka harga naik, permintaan turun." Tahukah anda betapa tidak pentingnya perkataan itu bagi tukang becak pada umumnya.
Kita dalam kehidupan sehari-hari menemui banyak masalah, dan kadang masalah itu dapat diselesaikan dengan diskusi bersama orang lain, kebanyakan sih dengan teman sejawat. Namun ironisnya, di saat mereka akan mengkaji ilmu yang mungkin akan menjadi pembicaraan di seluruh dunia 100 tahun ke depan, mereka justru memutusnya dengan berkata, "Ah itu nggak penting.". Itukah anda?
Kata penting dan tidak penting adalah sebuah hal yang relatif bagi setiap orang, sama halnya saat anda mengatakan enak dan tidak enak. Namun, bukankah sangat menyenangkan apabila kita mengasumsikan semua makanan itu enak (atau dengan kata lain semua persoalan itu penting). Saya sendiri sering mendapatkan jawaban itu di saat mendiskusikan tentang sesuatu. MEmang sih jika dipikir-pikir tidak terlalu pengaruh dengan kehidupan kita secara umum, namun itu menjadi titik tolak tumbuhnya pemikiran kita ke depan. Alangkah beruntungnya saya mempunyai teman untuk mendiskusikan hal-hal yang "nggak penting" dari waktu ke waktu. Kegiatan tersebut sangat menyenangkan bagi saya dan saya ingin terus mempertahankannya.
Semoga anda dapat merasakan apa yang saya rasakan waktu ke depan nanti, ataukah anda sudah? atau akan merasakannya? bagaimana anda merasakannya? maukah anda mendiskusikannya dengan saya?




See Another Post:

Sep 29, 2009

Keadilan Dunia



Menjaga kebaikan hati-keadilan


Kadang kita bertanya-tanya tentang keadaan kita sekarang. Kenapa saya ada di sini, dan kenapa saya harus seperti ini. Kadang kita melihat orang lain tampak begitu bahagia dengan kehidupannya, kontras dengan diri kita yang sedang dirundung kesusahan. Apa pun itu, tampak kehidupan sedang dalam kondisi berat sebelah tidak mendukung kita. Pernahkah anda merasakannya?
Hahaha... tulisannya terlihat kronis dan teragedik banget ya? Tapi itu bukanlah tulisan omong kosong. Sudah banyak di antara teman kita atau bahkan kita sendiri, yang mungkin kuranf lebih mempertanyakan hal yang sama. Kalau anda sama sekali belum pernah merasakannya, saya sangat bersyukur akan hal itu, berarti anda selalu menghayati setiap langkah kehidupan anda secara penuh dan selalu mensyukurinya entah apa pun hasilnya. Itu sangat bagus bagi anda dan orang-orang di sekitar anda.
Nah bagi yang “sedang” merasakannya tentu anda akan merasakan bahwa kehidupan itu ternyata lebih sulit daripada yang dikira. Jangankan untuk menjalankan kehidupan, untuk sekedar menjaga “hidup” saja susahnya minta ampun.
Dalam artikel ini kita akan mencoba untuk melihat bagaimana permasalahan ini menjadi petunjuk bagi mereka yang berpikir bahwa ada banyak cara untuk mengubah jalannya kehidupan kita menjadi lebih berarti.
Manusia pada dasarnya hidup bergumul dengan masalah. Masalah datang dan pergi, dan baru akan mencapai final ketika kita sudah mati. Ketika manusia mentok (buntu) pada sebuah permasalahan, “biasanya” manusia seolah-olah bangun dari tidurnya. Ia terbangun dari rutinitasnya, dan mulai melihat sekeliling untuk sejenak. Nah di saat itulah manusia akan melihat dan membandingkan apakah dirinya itu sama dengan orang lain. Namun “biasanya”, manusia melihat orang lain lebih daripada dirinya, hingga akhirnya ia jatuh pada kesimpulan, “Dunia kok tidak adil?”
Ketika kita bertanya tentang keadilan berarti kita sedang mempertanyakan bagaimana keadilan itu terbentuk. Sudahkah anda mengetahui bagaimana keadilan dunia ini dibentuk? Jika belum anda sama sekali tidak berhak untuk mengatakan bahwa dunia ini tidak adil. Mungkin saja dunia ini sudah adil tapi anda tidak merasa saja.
Kehidupan dunia layaknya seperti peradilan sementara. Kita mungkin bisa tidak puas dan mengajukan banding sebanyak apa pun yang kita suka, apa pun keputusannya itu hanyalah sementara. Peradilan yang sebenarnya terletak pada hari nanti di mana kita tidak bisa mengajukan banding lagi.
Jadi pertanyaannya, mana yang lebih anda takutkan, keadilan dunia atau keadilan hari nanti?




See Another Post:

Sep 24, 2009

Manusia itu Sombong??



Menjaga Kebaikan Hati-Sombong
Wah saya ditegur oleh master saya berkaitan dengan artikel saya yang sudah saya tulis beberapa waktu yang lampau. Pertama-tama saya mohon maaf jika ada kata-kata dalam artikel ini yang "agak" kontroversial. Sungguh maksud saya menuliskannya untuk mengajak kita berpikir lebih dalam tentang informasi apa saja yang kita dapat, intinya jadi lebih kritis. Yang kedua... saya benar-benar salut sama master, kok bisa tanya sebegitu detailnya, padahal dasar pertanyaannya cuma kalimat dengan panjang 2 baris (kalau ga salah). Viva profesores...
Manusia itu sombong... jangan langsung diartikan bahwa saya hendak menjelek-jelekkan bangsa saya sendiri. Butuh penjelasan panjang untuk "membelokkan" maknanya agar bisa menjadi predikat "sedikit" baik bagi manusia.
Begini... Saya sudah jelaskan sebelumnya bahwa manusia itu sombong... betul begitu? Kenapa sombong...? itulah pertanyaan yang hendaknya kita jawab secara panjang lebar. Sombong pada hakikatnya merasa lebih... atau merasa benar sendiri... atau meremehkan... begitu yang saya dapat di sekolah. Yo.. saya akan mengutip kalimat saya yang kontroversial.
"Manusia itu sombong... karena ia berpikir bahwa ia lebih hebat dari mahkluk-mahkluk lainnya... Benarkah itu?" (tanpa tambahan, tanpa ketikan, murni kopi paste, kalau nggak percaya klik di sini)
Nah mari kita definisikan apa mahkluk itu... anda berpikir manusia, tumbuhan, hewan, batu, atau sejenisnya. Kalau saya berpikir bahwa mahkluk itu adalah masalah. Masalah juga mahkluk kan? Lha wong ciptaanya Tuhan juga.
Manusia akan berperilaku sombong saat menemui masalah. Seolah mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut tanpa masalah. Namun, ketika mereka buntu, barulah mereka sadar bahwa mereka butuh bantuan lain.
Kemudian master bertanya, Lha bagaimana 25 Nabi dan Rasul, apakah sombong juga?
Wah ini pertanyaan jelas mematikan saya... Tapi hehehe... saya bisa membelokkan juga maknanya. Berbeda pada manusia umumnya, Nabi dn Rasul secara langsung dibimbing oleh Dzat yang memang berhak sombong. Jadi jelas tidak mungkin Nabi dan Rasul akan menampakkan sombong langsung di depan Tuhan, namun akan berbeda jika artian sombong diperuntukkan untuk masalah yang diciptakan Tuhan. Makna sombong akan berubah menjadi optimis. Dan sombong dalam optimis sangatlah diperlukan untuk memutuskan jalan keluar suatu permasalahan, tak terkecuali bagi 25 Nabi dan Rasul.
Yah... begitulah jawaban saya mengenai pertanyaan master yang "mematikan"... Silahkan pembaca juga mau memberikan "virus" lain lagi, saya tunggu di komennya.

Sep 22, 2009

My Name is Life


Menjaga Kebaikan Hati-Life


Do you ever see my previous article before? If you have, you will see I talk many things about life… I explain what is life, how is life, why we live, and much more about life. You understand it and you come to one conclusion, you agree with me or you disagree with me, or you are just neutral. But I want ask to you, when you read my articles, do you think that I’m an expert psychologist who will explain the entire problem in this world…? Or I’m an expert philosopher who will explain what the beginning of all the matter in the world…? Wish me I can.
In the fact, all people in the world can talk about life, even the most foolish people in this world can say so many about life. How? Life is simple, short, and guessable. For example, if someone gives you a gift in a day, what do you feel? Happy, glad, and satisfy. I’m sure you can guess it, even you can explain about your feeling further and deeper than me.
But, one important thing you must remember before you can say life is simple, that life is not easy.
Again.. Life is not easy.
Who ever say life is easy? Is your father, your mother, or successors? If life is easy, it will be just boring activity. When you reach age 40, you will say to your God, “Let me die now, it’s too boring for me to live.”
We say thanks to the God is just because we can plod throughout this complicated life until it finished, it doesn’t matter will be ended by happy ending or sad ending (cause we don’t know it, right?). If you doubt my early statement, just ask to all of the successors you known about their life story. I’m a doubted you will hear “easy” in their story.
Further about life, its sounds like a survival competition too. We are lived for a reason. We are lived for a purpose. All human who have accomplished their “mission” reputed the winner. On the other hand, who is failed to accomplish the mission will be regarded as a loser. Many people had been lost their ways… they didn’t know what must they do, and how they do it. Finally they are ended by the most complicated question about life, “Why we are live?” and they all lose
All the people who have answered this main question successfully must be grateful to the God. They have gotten an opportunity to make their life valuable. They are transformed from the unknown to the “more” known (not the All-Known). The God bless their activity by serenity which give a peaceful feeling for the others. And then, you and I will see the miracle of life itself. They will find their selves can go peacefully from this world, no regret, no revenge. You will see an eternal smile shown by their faces.
We hope we can perceive a feeling like that, a feeling that will explain without words about the essence of our entire life. Actually, I can say anybody who is reading this article for a moment ago has stood in the front of the main door of life, A very very very great door. Behind the door, there were all the secret of life that you’ve been looking for. And what you need now is a key… a key of life which will brings you the behind the door
The question is, can you find the key…?




See Another Post:

Sep 21, 2009

Kebutuhan Informasi



Menjaga Kehidupan yang Baik-Informasi
Ini mungkin judul yang ditunggu-tunggu oleh para pembaca bergenre sains mania. Ada dari teman yang barangkali berkata, "Artikel sainsnya mana ini, addressnya aja xscience, kok nggak ada sainsnya?" Mungkin gitu ya...
Untuk kali ini mari kita berbicara agak sains. Kita akan membahas bagaimana membaca sebuah laporan statistik. Namun tetap saja, karena blog ini bergenre kehidupan, akan saya bumbui dengan sedikit essens pemahaman kehidupan.
Saya akan mulai dengan pertanyaan, sudah bekerjakah anda?
Saya mengapresiasi tinggi kepada anda yang sudah bekerja, anda telah membuat per jam kehidupannya mempunyai nilai lebih daripada orang yang belum bekerja (termasuk saya). Tapi juga itu bukan berarti anda boleh merasa puas dengan kehidupan anda sekarang walaupun anda telah bergaji 100.000.000 (nol-nya sembilan) per bulan. Kenapa? karena anda belum bergaji 5 M setahun.
Apakah saya bercanda? Anda boleh menganggapnya begitu, tapi inilah realitas kehidupan di mana manusia sudah merasa lebih daripada yang lain ketika ia merasa nyaman di suatu tempat (termasuk saya). Orang akan menutup mata dan telinganya selepas dia mendapatkan kepuasan kecilnya yang lebih dekat di mata mengorbankan kepuasan jangka panjang namun jauh dari pandangan. Artinya dia telah menyembunyikan diri dari realitas kehidupan.
Cobalah untuk berjalan-jalan ke luar, lihatlah ke kiri dan ke kanan. Bagaimana tiap-tiap orang mengerjakan tiap aktivitas kesehariannya. Ada yang mengerjakan sebuah pekerjaan yang bernilai 10000 dan ada yang mengerjakan pekerjaan yang bernilai 1000000, semuanya berbeda tergantung seberapa informasi yang kita butuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu. Ya... sekarang zaman informasi, orang lebih bergantung pada informasi daripada kebutuhan akan makanan enak (betul nggak ya). Sudahkah anda mendapatkan informasi yang anda butuhkan. Jika anda belum mendapatkan penghidupan yang layak atas keseharian anda, cobalah cek input informasi apa yang telah anda masukkan ke otak tiap harinya, sudahkah iu relevan?
Mungkin saya bukanlah orang yang pantas untuk berbicara panjang lebar mengenai informasi, tapi saya harap dengan apa yang saya tulis dapat menambah kesadaran kita untuk mencari informasi yang lebih bermutu.
Semoga berhasil




See Another Post:

Sep 19, 2009

What We Truly Need Is Something “Unreachable”



Menjaga Kehidupan yang Baik-Langit


From now on, in this blog I’ll try to write some articles by English as long as I can, and as long as the readers understand what I write. If you’re not good in English, don’t worry, because I’m not good too. We learn and learn… until we think that we can write English properly. I’m sure you can… and I’m sure I’m proper for it.
Okay, what’s the topic? Hmmm, Something “Unreachable”…
Lets start with some analogy… do you ever see some mangoes hanging above you on the tree. The mangoes are so ripe and good looking… very sweet maybe. At that time you haven’t eaten mangoes for a long time, and you’ll think that now is the right time to eat them all. What will you do…? I think you will pick them and eat it as soon as possible
What will happen if you just realized you are not high enough to pick the mangoes by yourself? Or actually the tree is very high that no one can climb it to pick it?
If you’re a child… you will come home and cry. Ask to your parents to buy some mangoes and hope that the mangoes will come in your hug soon. After that you eat it happily together with your family.
Now I’ll ask you… in that story, what "thing" do you really want? The mangoes…. Or the satisfaction you will get after you eat the mangoes.
People bet by his own life to get something abstract, a satisfaction. They kill their own race, giving something valuable, eating, stealing and what we do now (reading, playing, studying, or whatever) is to reach a level that we are unwilling to do it anymore, or the other words we are satisfied.
Satisfaction go wherever “he” wants. Today he is come, tomorrow he is gone. Maybe he goes to a steep cliff, or sometimes he goes to a nice place. But surprisingly, most of us still following “him” when he goes to a dangerous cliff. And of course the people who follow him fall into the cliff.
What we truly need is something “unreachable” because in the fact we never get it permanently. We follow him as long as we realize that the satisfaction didn’t go to a dangerous place which maybe can kill us soon. But only a little know when he allowed to follow and when he isn’t allowed to follow.
What do you think?




See Another Post:

Cahaya Ramadhan... Akankah Meredup?



Menjaga Kehidupan yang Baik-Takbiran
Alhamdulillah Ramadhan tahun 1430 H telah kita lalui bersama. Hari-hari penuh amalan ibadah telah kita laksanakan sejauh yang kita bisa. Mungkin dalam harapan kita, hari ini, hari kemenangan nan fitri ini dapat kita perpanjang beberapa minggu, agar momen-momen yang indah bersama keluarga dapat kita nikmati lebih lama lagi.
Yap... Libur Lebaran... Hari Kemenangan... Akhirnya kita bisa makan sepuasnya lagi, bisa lari pagi lagi, bisa berenang tanpa takut meminum airnya Betul? Kalau Iya... sama dong, saya juga gitu kok. :)
Itulah kiranya sedikit gambaran yang sering terlihat di antara kita setelah bulan Ramadhan. Hari yang fitri ini memang telah mengubah kita kembali ke "fitrah"nya yang mana kalau kita biasa makan 5 piring, kita kembali ke asli kita yaitu 5 piring + 1 piring (sebagai balas dendam). Jika dulunya Al Qur'an adalah penghias rumah, kembali ke asli Al Qur'an menjadi suvenir cantik pengusir setan. Atau mungkin masih banyak lagi.
Coba kita renungkan... waktu bulan Ramadhan... kita bangun pagiii... sekali, sekitar jam 3, kita makan secukupnya yang kemudian kita selingi sholat malam sambil menunggu imsyak datang. Ketika Adzan berkumandang berduyun-dyun kita soholat shubuh berjama'ah, diteruskan dengan membaca Al Qu'ran sampai katam. Bukankah ini gambaran umat Islam yang sejati..? Dan kita hebatnya telah menjalaninya...!!
Tentu pantaslah apabila Nabi Muhammad bersabda, "jika engkau tahu apa manfaat dari bulan ramadhan maka engkau akan meminta kepada Allah agar semua bulan menjadi bulan ramadhan." Ya... karena kita mendambakan sebuah kemajuan, entah itu di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, atau yang lainya. Dan umat "Ramadhan" adalah syarat utama untuk mendapatkan kemajuan tersebut.
Tentu bukanlah harapan kita Ramadhan hanyalah sebuah euphoria sementara tanpa dibarengi pemahaman nilai-nilai inti. Begitu juga Idul Fitri... semoga kita dapat menjaga silaturrahmi kepada saudara-saudara yang lain...
Ada yang salah dari ucapan saya...? Mumpung hari Idul Fitri saya mohon maaf atas artikel-artikel sebelumnya yang mungkin bernada agak nyelekit...
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...




See Another Post:

Sep 18, 2009

Merasakan Indahnya Pengetahuan



Menjaga kehidupan yang baik, belajar
Sejak kita lahir dan bernafas untuk pertama kalinya mungkin telah banyak kita merasakan suka duka dari sebuah permainan waktu. Kita tumbuh dan berinteraksi, mencintai dan disakiti, hidup dan mati... sebuah permainan yang menyenangkan bukan? Tapi apa yang membuat permainan ini begitu menarik adalah karena sebuah ilmu.
"Sebuah" kataku? saya rasa lebih dari kata sebuah untuk menjabarkan ilmu ini. Ilmu memberikan kita "sebuah" pemahaman. Dengannya kita menggambarkan secara halus dan indah di dinding-dinding memori kita akan sebuah kejadian... tidak perduli apakah kejadian itu senang atau tidak menyenangkan... semua akan tergambar begitu indah dengan "pena" pemahaman.
Kehidupan... suatu kata yang tak akan terlepas dengan waktu. Banyak dari kita yang hidup, namun hanya sedikit yang menyadari bahwa dia itu hidup... kesadaran bahwa mereka harus belajar, memperbaiki, dan menyayangi. Kita hidup di atas sebuah tuntutan, sebuah alasan alasan logis mengapa "ada" yang dengan hebatnya menciptakan kita.
Ilmu datang dari sebuah kesadaran... Kesadaran utnuk membuka hati dan pikiran. Ilmu itu masuk menerangi jiwa, dan menumbuhkan pemahaman. Pemahaman mengeluarkan buahnya yang manis berupa perbuatan dan kesadaran yang lain lagi... terus membentuk sebuah simphoni "alam" yang begitu indah... hingga pada akhirnya kita kembali membawa semua apa yang telah kita hasilkan kepada yang "ada", "ada" untuk mencipta, memelihara, dan mengampuni dosa kita.
Mohon maaf bagi pembaca sekalian, Minal aidzin walfaidzin... Semoga kita kembali ke fitrah.
Ampunilah dosa-dosaku selama ini...Amin ya Robbal Alamiin.




See Another Post: