Sep 29, 2009

Keadilan Dunia



Menjaga kebaikan hati-keadilan


Kadang kita bertanya-tanya tentang keadaan kita sekarang. Kenapa saya ada di sini, dan kenapa saya harus seperti ini. Kadang kita melihat orang lain tampak begitu bahagia dengan kehidupannya, kontras dengan diri kita yang sedang dirundung kesusahan. Apa pun itu, tampak kehidupan sedang dalam kondisi berat sebelah tidak mendukung kita. Pernahkah anda merasakannya?
Hahaha... tulisannya terlihat kronis dan teragedik banget ya? Tapi itu bukanlah tulisan omong kosong. Sudah banyak di antara teman kita atau bahkan kita sendiri, yang mungkin kuranf lebih mempertanyakan hal yang sama. Kalau anda sama sekali belum pernah merasakannya, saya sangat bersyukur akan hal itu, berarti anda selalu menghayati setiap langkah kehidupan anda secara penuh dan selalu mensyukurinya entah apa pun hasilnya. Itu sangat bagus bagi anda dan orang-orang di sekitar anda.
Nah bagi yang “sedang” merasakannya tentu anda akan merasakan bahwa kehidupan itu ternyata lebih sulit daripada yang dikira. Jangankan untuk menjalankan kehidupan, untuk sekedar menjaga “hidup” saja susahnya minta ampun.
Dalam artikel ini kita akan mencoba untuk melihat bagaimana permasalahan ini menjadi petunjuk bagi mereka yang berpikir bahwa ada banyak cara untuk mengubah jalannya kehidupan kita menjadi lebih berarti.
Manusia pada dasarnya hidup bergumul dengan masalah. Masalah datang dan pergi, dan baru akan mencapai final ketika kita sudah mati. Ketika manusia mentok (buntu) pada sebuah permasalahan, “biasanya” manusia seolah-olah bangun dari tidurnya. Ia terbangun dari rutinitasnya, dan mulai melihat sekeliling untuk sejenak. Nah di saat itulah manusia akan melihat dan membandingkan apakah dirinya itu sama dengan orang lain. Namun “biasanya”, manusia melihat orang lain lebih daripada dirinya, hingga akhirnya ia jatuh pada kesimpulan, “Dunia kok tidak adil?”
Ketika kita bertanya tentang keadilan berarti kita sedang mempertanyakan bagaimana keadilan itu terbentuk. Sudahkah anda mengetahui bagaimana keadilan dunia ini dibentuk? Jika belum anda sama sekali tidak berhak untuk mengatakan bahwa dunia ini tidak adil. Mungkin saja dunia ini sudah adil tapi anda tidak merasa saja.
Kehidupan dunia layaknya seperti peradilan sementara. Kita mungkin bisa tidak puas dan mengajukan banding sebanyak apa pun yang kita suka, apa pun keputusannya itu hanyalah sementara. Peradilan yang sebenarnya terletak pada hari nanti di mana kita tidak bisa mengajukan banding lagi.
Jadi pertanyaannya, mana yang lebih anda takutkan, keadilan dunia atau keadilan hari nanti?




See Another Post:

Sep 24, 2009

Manusia itu Sombong??



Menjaga Kebaikan Hati-Sombong
Wah saya ditegur oleh master saya berkaitan dengan artikel saya yang sudah saya tulis beberapa waktu yang lampau. Pertama-tama saya mohon maaf jika ada kata-kata dalam artikel ini yang "agak" kontroversial. Sungguh maksud saya menuliskannya untuk mengajak kita berpikir lebih dalam tentang informasi apa saja yang kita dapat, intinya jadi lebih kritis. Yang kedua... saya benar-benar salut sama master, kok bisa tanya sebegitu detailnya, padahal dasar pertanyaannya cuma kalimat dengan panjang 2 baris (kalau ga salah). Viva profesores...
Manusia itu sombong... jangan langsung diartikan bahwa saya hendak menjelek-jelekkan bangsa saya sendiri. Butuh penjelasan panjang untuk "membelokkan" maknanya agar bisa menjadi predikat "sedikit" baik bagi manusia.
Begini... Saya sudah jelaskan sebelumnya bahwa manusia itu sombong... betul begitu? Kenapa sombong...? itulah pertanyaan yang hendaknya kita jawab secara panjang lebar. Sombong pada hakikatnya merasa lebih... atau merasa benar sendiri... atau meremehkan... begitu yang saya dapat di sekolah. Yo.. saya akan mengutip kalimat saya yang kontroversial.
"Manusia itu sombong... karena ia berpikir bahwa ia lebih hebat dari mahkluk-mahkluk lainnya... Benarkah itu?" (tanpa tambahan, tanpa ketikan, murni kopi paste, kalau nggak percaya klik di sini)
Nah mari kita definisikan apa mahkluk itu... anda berpikir manusia, tumbuhan, hewan, batu, atau sejenisnya. Kalau saya berpikir bahwa mahkluk itu adalah masalah. Masalah juga mahkluk kan? Lha wong ciptaanya Tuhan juga.
Manusia akan berperilaku sombong saat menemui masalah. Seolah mereka dapat menyelesaikan masalah tersebut tanpa masalah. Namun, ketika mereka buntu, barulah mereka sadar bahwa mereka butuh bantuan lain.
Kemudian master bertanya, Lha bagaimana 25 Nabi dan Rasul, apakah sombong juga?
Wah ini pertanyaan jelas mematikan saya... Tapi hehehe... saya bisa membelokkan juga maknanya. Berbeda pada manusia umumnya, Nabi dn Rasul secara langsung dibimbing oleh Dzat yang memang berhak sombong. Jadi jelas tidak mungkin Nabi dan Rasul akan menampakkan sombong langsung di depan Tuhan, namun akan berbeda jika artian sombong diperuntukkan untuk masalah yang diciptakan Tuhan. Makna sombong akan berubah menjadi optimis. Dan sombong dalam optimis sangatlah diperlukan untuk memutuskan jalan keluar suatu permasalahan, tak terkecuali bagi 25 Nabi dan Rasul.
Yah... begitulah jawaban saya mengenai pertanyaan master yang "mematikan"... Silahkan pembaca juga mau memberikan "virus" lain lagi, saya tunggu di komennya.

Sep 22, 2009

My Name is Life


Menjaga Kebaikan Hati-Life


Do you ever see my previous article before? If you have, you will see I talk many things about life… I explain what is life, how is life, why we live, and much more about life. You understand it and you come to one conclusion, you agree with me or you disagree with me, or you are just neutral. But I want ask to you, when you read my articles, do you think that I’m an expert psychologist who will explain the entire problem in this world…? Or I’m an expert philosopher who will explain what the beginning of all the matter in the world…? Wish me I can.
In the fact, all people in the world can talk about life, even the most foolish people in this world can say so many about life. How? Life is simple, short, and guessable. For example, if someone gives you a gift in a day, what do you feel? Happy, glad, and satisfy. I’m sure you can guess it, even you can explain about your feeling further and deeper than me.
But, one important thing you must remember before you can say life is simple, that life is not easy.
Again.. Life is not easy.
Who ever say life is easy? Is your father, your mother, or successors? If life is easy, it will be just boring activity. When you reach age 40, you will say to your God, “Let me die now, it’s too boring for me to live.”
We say thanks to the God is just because we can plod throughout this complicated life until it finished, it doesn’t matter will be ended by happy ending or sad ending (cause we don’t know it, right?). If you doubt my early statement, just ask to all of the successors you known about their life story. I’m a doubted you will hear “easy” in their story.
Further about life, its sounds like a survival competition too. We are lived for a reason. We are lived for a purpose. All human who have accomplished their “mission” reputed the winner. On the other hand, who is failed to accomplish the mission will be regarded as a loser. Many people had been lost their ways… they didn’t know what must they do, and how they do it. Finally they are ended by the most complicated question about life, “Why we are live?” and they all lose
All the people who have answered this main question successfully must be grateful to the God. They have gotten an opportunity to make their life valuable. They are transformed from the unknown to the “more” known (not the All-Known). The God bless their activity by serenity which give a peaceful feeling for the others. And then, you and I will see the miracle of life itself. They will find their selves can go peacefully from this world, no regret, no revenge. You will see an eternal smile shown by their faces.
We hope we can perceive a feeling like that, a feeling that will explain without words about the essence of our entire life. Actually, I can say anybody who is reading this article for a moment ago has stood in the front of the main door of life, A very very very great door. Behind the door, there were all the secret of life that you’ve been looking for. And what you need now is a key… a key of life which will brings you the behind the door
The question is, can you find the key…?




See Another Post:

Sep 21, 2009

Kebutuhan Informasi



Menjaga Kehidupan yang Baik-Informasi
Ini mungkin judul yang ditunggu-tunggu oleh para pembaca bergenre sains mania. Ada dari teman yang barangkali berkata, "Artikel sainsnya mana ini, addressnya aja xscience, kok nggak ada sainsnya?" Mungkin gitu ya...
Untuk kali ini mari kita berbicara agak sains. Kita akan membahas bagaimana membaca sebuah laporan statistik. Namun tetap saja, karena blog ini bergenre kehidupan, akan saya bumbui dengan sedikit essens pemahaman kehidupan.
Saya akan mulai dengan pertanyaan, sudah bekerjakah anda?
Saya mengapresiasi tinggi kepada anda yang sudah bekerja, anda telah membuat per jam kehidupannya mempunyai nilai lebih daripada orang yang belum bekerja (termasuk saya). Tapi juga itu bukan berarti anda boleh merasa puas dengan kehidupan anda sekarang walaupun anda telah bergaji 100.000.000 (nol-nya sembilan) per bulan. Kenapa? karena anda belum bergaji 5 M setahun.
Apakah saya bercanda? Anda boleh menganggapnya begitu, tapi inilah realitas kehidupan di mana manusia sudah merasa lebih daripada yang lain ketika ia merasa nyaman di suatu tempat (termasuk saya). Orang akan menutup mata dan telinganya selepas dia mendapatkan kepuasan kecilnya yang lebih dekat di mata mengorbankan kepuasan jangka panjang namun jauh dari pandangan. Artinya dia telah menyembunyikan diri dari realitas kehidupan.
Cobalah untuk berjalan-jalan ke luar, lihatlah ke kiri dan ke kanan. Bagaimana tiap-tiap orang mengerjakan tiap aktivitas kesehariannya. Ada yang mengerjakan sebuah pekerjaan yang bernilai 10000 dan ada yang mengerjakan pekerjaan yang bernilai 1000000, semuanya berbeda tergantung seberapa informasi yang kita butuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu. Ya... sekarang zaman informasi, orang lebih bergantung pada informasi daripada kebutuhan akan makanan enak (betul nggak ya). Sudahkah anda mendapatkan informasi yang anda butuhkan. Jika anda belum mendapatkan penghidupan yang layak atas keseharian anda, cobalah cek input informasi apa yang telah anda masukkan ke otak tiap harinya, sudahkah iu relevan?
Mungkin saya bukanlah orang yang pantas untuk berbicara panjang lebar mengenai informasi, tapi saya harap dengan apa yang saya tulis dapat menambah kesadaran kita untuk mencari informasi yang lebih bermutu.
Semoga berhasil




See Another Post:

Sep 19, 2009

What We Truly Need Is Something “Unreachable”



Menjaga Kehidupan yang Baik-Langit


From now on, in this blog I’ll try to write some articles by English as long as I can, and as long as the readers understand what I write. If you’re not good in English, don’t worry, because I’m not good too. We learn and learn… until we think that we can write English properly. I’m sure you can… and I’m sure I’m proper for it.
Okay, what’s the topic? Hmmm, Something “Unreachable”…
Lets start with some analogy… do you ever see some mangoes hanging above you on the tree. The mangoes are so ripe and good looking… very sweet maybe. At that time you haven’t eaten mangoes for a long time, and you’ll think that now is the right time to eat them all. What will you do…? I think you will pick them and eat it as soon as possible
What will happen if you just realized you are not high enough to pick the mangoes by yourself? Or actually the tree is very high that no one can climb it to pick it?
If you’re a child… you will come home and cry. Ask to your parents to buy some mangoes and hope that the mangoes will come in your hug soon. After that you eat it happily together with your family.
Now I’ll ask you… in that story, what "thing" do you really want? The mangoes…. Or the satisfaction you will get after you eat the mangoes.
People bet by his own life to get something abstract, a satisfaction. They kill their own race, giving something valuable, eating, stealing and what we do now (reading, playing, studying, or whatever) is to reach a level that we are unwilling to do it anymore, or the other words we are satisfied.
Satisfaction go wherever “he” wants. Today he is come, tomorrow he is gone. Maybe he goes to a steep cliff, or sometimes he goes to a nice place. But surprisingly, most of us still following “him” when he goes to a dangerous cliff. And of course the people who follow him fall into the cliff.
What we truly need is something “unreachable” because in the fact we never get it permanently. We follow him as long as we realize that the satisfaction didn’t go to a dangerous place which maybe can kill us soon. But only a little know when he allowed to follow and when he isn’t allowed to follow.
What do you think?




See Another Post:

Cahaya Ramadhan... Akankah Meredup?



Menjaga Kehidupan yang Baik-Takbiran
Alhamdulillah Ramadhan tahun 1430 H telah kita lalui bersama. Hari-hari penuh amalan ibadah telah kita laksanakan sejauh yang kita bisa. Mungkin dalam harapan kita, hari ini, hari kemenangan nan fitri ini dapat kita perpanjang beberapa minggu, agar momen-momen yang indah bersama keluarga dapat kita nikmati lebih lama lagi.
Yap... Libur Lebaran... Hari Kemenangan... Akhirnya kita bisa makan sepuasnya lagi, bisa lari pagi lagi, bisa berenang tanpa takut meminum airnya Betul? Kalau Iya... sama dong, saya juga gitu kok. :)
Itulah kiranya sedikit gambaran yang sering terlihat di antara kita setelah bulan Ramadhan. Hari yang fitri ini memang telah mengubah kita kembali ke "fitrah"nya yang mana kalau kita biasa makan 5 piring, kita kembali ke asli kita yaitu 5 piring + 1 piring (sebagai balas dendam). Jika dulunya Al Qur'an adalah penghias rumah, kembali ke asli Al Qur'an menjadi suvenir cantik pengusir setan. Atau mungkin masih banyak lagi.
Coba kita renungkan... waktu bulan Ramadhan... kita bangun pagiii... sekali, sekitar jam 3, kita makan secukupnya yang kemudian kita selingi sholat malam sambil menunggu imsyak datang. Ketika Adzan berkumandang berduyun-dyun kita soholat shubuh berjama'ah, diteruskan dengan membaca Al Qu'ran sampai katam. Bukankah ini gambaran umat Islam yang sejati..? Dan kita hebatnya telah menjalaninya...!!
Tentu pantaslah apabila Nabi Muhammad bersabda, "jika engkau tahu apa manfaat dari bulan ramadhan maka engkau akan meminta kepada Allah agar semua bulan menjadi bulan ramadhan." Ya... karena kita mendambakan sebuah kemajuan, entah itu di bidang ekonomi, pendidikan, teknologi, atau yang lainya. Dan umat "Ramadhan" adalah syarat utama untuk mendapatkan kemajuan tersebut.
Tentu bukanlah harapan kita Ramadhan hanyalah sebuah euphoria sementara tanpa dibarengi pemahaman nilai-nilai inti. Begitu juga Idul Fitri... semoga kita dapat menjaga silaturrahmi kepada saudara-saudara yang lain...
Ada yang salah dari ucapan saya...? Mumpung hari Idul Fitri saya mohon maaf atas artikel-artikel sebelumnya yang mungkin bernada agak nyelekit...
Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...




See Another Post:

Sep 18, 2009

Merasakan Indahnya Pengetahuan



Menjaga kehidupan yang baik, belajar
Sejak kita lahir dan bernafas untuk pertama kalinya mungkin telah banyak kita merasakan suka duka dari sebuah permainan waktu. Kita tumbuh dan berinteraksi, mencintai dan disakiti, hidup dan mati... sebuah permainan yang menyenangkan bukan? Tapi apa yang membuat permainan ini begitu menarik adalah karena sebuah ilmu.
"Sebuah" kataku? saya rasa lebih dari kata sebuah untuk menjabarkan ilmu ini. Ilmu memberikan kita "sebuah" pemahaman. Dengannya kita menggambarkan secara halus dan indah di dinding-dinding memori kita akan sebuah kejadian... tidak perduli apakah kejadian itu senang atau tidak menyenangkan... semua akan tergambar begitu indah dengan "pena" pemahaman.
Kehidupan... suatu kata yang tak akan terlepas dengan waktu. Banyak dari kita yang hidup, namun hanya sedikit yang menyadari bahwa dia itu hidup... kesadaran bahwa mereka harus belajar, memperbaiki, dan menyayangi. Kita hidup di atas sebuah tuntutan, sebuah alasan alasan logis mengapa "ada" yang dengan hebatnya menciptakan kita.
Ilmu datang dari sebuah kesadaran... Kesadaran utnuk membuka hati dan pikiran. Ilmu itu masuk menerangi jiwa, dan menumbuhkan pemahaman. Pemahaman mengeluarkan buahnya yang manis berupa perbuatan dan kesadaran yang lain lagi... terus membentuk sebuah simphoni "alam" yang begitu indah... hingga pada akhirnya kita kembali membawa semua apa yang telah kita hasilkan kepada yang "ada", "ada" untuk mencipta, memelihara, dan mengampuni dosa kita.
Mohon maaf bagi pembaca sekalian, Minal aidzin walfaidzin... Semoga kita kembali ke fitrah.
Ampunilah dosa-dosaku selama ini...Amin ya Robbal Alamiin.




See Another Post:

Sep 17, 2009

Blog Saudaraku

Terima Kasih bagi para pembaca yang telah meluangkan waktunya untuk membaca artikel-artikel kehidupan yang telah saya buat. Sebagai wujud apresiasi saya, saya akan menampilkan blog-blog yang telah membantu saya agar saya tetap exist di dunia maya.

Kenapa tidak saya tampilkan pada blogroll samping? Mohon maaf karena keterbatasan tempat dan kolom, saya ambil keputusan untuk menempatkan dalam suatu wadah sendiri.

Bagi anda yang ingin bergabung dalam komunitas ini harap menulis di kolom komentar pada halaman ini.

Blog Saudaraku

Wanna Learn Japanese Languange?

Let's Talk About Everything

My Master Intuition

Number 1 Blog

Menilik Kembali Wayang Kita



Tahukah anda? Enam tahun lalu, tepatnya 2002 kita telah mendapatkan pengakuan dunia internasional bahwa kitalah yang berhak memiliki kebudayaan wayang. Wayang kita dianggap mempunyai nilai filosofi yang tinggi, dan kesan tradisionalitasnya masih kuat. Mungkin kita waktu itu bangga, senang, dan bersyukur... bahwa Indonesia masih memiliki derajat yang tinggi untuk diperhitungkan.
Namun... apa yang terjadi? Dari pergelaran wayang yang diadakan semalam suntuk rata-rata hanya 60 orang yang bersedia datang untuk menontonnya. Artinya, apresiasi dunia internasional hanya merefleksikan ketertarikan 60 orang Indonesia, sepadankah itu namanya?
Terus terang saya juga bukanlah penggemar wayang... saya tidak tahu bagaimana caranya untuk dapat menikmati wayang sebagaimana mestinya... saya juga tidak tahu apakah saya pantas berbicara wayang ketika saya sendiri tidak tahu apa-apa tentang wayang...
Sungguh sangat tercela orang yang menyuruh orang lain sesuatu hal yang tidak ia kerjakan... betul begitu?
Saya setuju dan karena itula bukan pada tempatnya apabila saya "menyuruh" orang lain, saya di sini hanya ingin ikut kembali "menengok" bagaimana budaya kita yang telah diakui di mata internasional. Haruskah ia menjadi barang rebutan negara lain dulu agar mata kita kembali tertuju kepadanya. Sungguh jika kita tidak merawat milik kita... maka orang lain akan merawatnya untuk memilikinya, dan itu lebih baik untuk benda tersebut...






See another post:

Matinya Noordin... Puaskah Kita?




Siang itu cuaca sangat bersahabat... Awannya mendung, anginnya sejuk dan agak lembab, bagi orang yang berpuasa, cuaca seperti itu adalah cuaca yang ideal untuk segera disyukuri. Namun, suasana damai dalam hati sontak berubah ketika saya melihat sebuah tulisan headline, yang bertuliskan "NOORDIN DIPASTIKAN TEWAS" (TV Onesekitar jam 1).
Terlihat para warga mengerumuni reporter yang menceritakan kisah detailnya kepada host di studio pusat. Tidak ada yang tertawa sewaktu kulihat. Dalam hati diriku berpikir, "Apakah berita itu benar?"
Sejauh ini.. saya percaya bahwa berita itu benar. Memang tampaknya usaha pelarian tersangka utama pada berbagai kasus teroris harus segera berakhir di sini. Sudah lelah, capek, dan malas... Mau apa lagi? Toh Indonesia sudah terkenal kembali sebagai negara "mangkal" teroris.
Tidak mustahil ternyata bagi kepolisian kita untuk "mengamankan" otak-otak pelaku teroris top dunia. Sebuah prestasi yang patut kita apresiasi tentunya. Namun, setelah semua ini terjadi... setelah kita dan teroris "bermain" kejar-kejaran... setela si Noordin capek dan lelah untuk berlari... setelah si Noordin "pergi" meninggalkan permainan... apa yang kita dapat...? Kepuasan?
Saya sendiri selaku penulis tidaklah puas dengan "kembalinya" si Noordin apabila ia memang berkelakuan seperti apa yang diceritakan media (karena saya sendiri belum tahu seperti apa orangnya). Bayangkan Indonesia sudah dilukai 3 kali bahkan lebih oleh kefasikan seseorang menyikapi suatu permasalahan. Apakah luka itu akan hilang sekembalinya Noordin ke asalnya? Tentu tidak
Saya akan puas apabila Si Noordin berkata kepada masyarakat Indonesia, "Saya atas Nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Yang menggenggam hati tiap-tiap manusia, Yang berak mengampuni dosa-dosa hamba-Nya yang begitu besar, bahwa saya mengakui kesalahan saya selama ini... Tidak ada faedah maupun kebaikan yang bisa saya bawa dengan perbuatan saya itu... Tidak ada perdamaian yang saya ciptakan dengan tindakan saya tersebut... Saya mohon maaf atas semua jiwa yang terkorbankan atas kefasikan saya dalam menyikapi sebuah permasalahan... Untuk itu, saya, Noordin M Top, akan berusaha dengan segala tekad dan kemampuan, untuk ikut serta dalam memperbaiki bangsa ini dari kebodohan, ketertindasan, kemiskinan, degradasi moral, dan perpecahan. Mungkin saya tidak bisa memutar waktu... namun saya dapat memperbaiki waktu untuk dapat mengarahkan kita kepada masyarakat yang lebih baik dari waktu ke waktu." dan ia benar-benar melakukannya... Barulah saya puas.
Sudah puaskah anda?

Sep 16, 2009

Meniti Hari Kemenangan




Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh
Bagi anda yang sedang merasakan nikmatnya puasa… Bagaimana kondisi anda hari ini? Semoga semuanya baik. Saya di sini melalui media yang Insya Allah bisa mendatangkan berkah ini ingin menyampaikan satu atau dua ”patah kata” sebagai perwujudan atas apresiasi saya kepada pembaca menjelang hari Lebaran ini.
Wah... Momentum hari idul fitri akan datang beberapa hari lagi. Dengan kecepatan (v) tinggi dan massa (m) yang besar, Idul Fitri akan ”menghantam” kita hingga hancur berantakan. Hantaman yang saya maksud di sini adalah hantaman kebahagiaan, kesenangan, dan mungkin kesedihan pula (bagi mereka yang rindu Bulan Ramadhan berikutnya). Kita bisa hancur-sehancur-hancurnya hingga kita mau merelakan apa saja untuk bisa merasakan kenikmatan kelezatan rohani di saat Idul Fitri. Bingung? Bagi anda yang mudik tentu bisa menjelaskannya lebih baik daripada saya.
Para pembaca sekalian... saya mengetahui bahwa kita hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan oleh karena sebab itu pula kita ingin merasakan pengalaman hidup di dunia sebagai pengalaman yang seindah mungkin. Namun... bukankah untuk tahu rasanya bahagia, bukankah kita harus mengetahui rasanya sengsara?
Ramadhan memberikan kita keajaiban yang tak terbayangkan hanya dengan sekali lihat, ”Bagaimana bisa... budaya 1400 tahun yang lalu dapat mempengaruhi kegiatan sosial di seluruh dunia pada saat ini bahkan hingga ribuan tahun ke depan (mungkin)?”
Sungguh beruntung bagi mereka yang menyucikan diri dengan segala Ridho-Nya, dan sangat merugilah bagi mereka yang mengotorinya. Jadikanlah para pembaca yang sangat saya hormati ini menjadi orang yang-orang yang beruntung di mana mereka tahu bahwa, kesempatan ini adalah kesempatan yang sangat bagus untuk kita gunakan.
Berhubung ini sudah waktunya Sholat (waktu saya menulis ini)... mungkin ada baiknya kita semua menyempatkan diri untuk menghadap kepada-Nya. Saya harap apa-apa yang telah saya tulis selama ini dapat membawa berkah bagi para pembaca, karena Islam adalah agama Rahmat Alam Semesta, betul?
Terima Kasih atas waktunya dan selamat libur lebaran.
Mohon Maaf Lahir dan Batin... Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh






See another post:

Sep 4, 2009

Memilih Jalan Kehidupan




Terus terang untuk artikel kali ini saya mau menceritakan pengalaman pribadi saya saat ber-sms ria dengan teman saya yang tejadi beberapa hari yang lalu tengah malam hari. Pertama-tama alangkah baiknya apabila saya memperkenalkan terlebih dahulu teman saya yang saya ajak sms ria tersebut. Namanya AF (jangan sebut nama), sekarang satu universitas dengan saya. Dia mempunyai pengetahuan yang lebih daripada yang saya miliki sehingga saya memutuskan untuk “berguru” kepadanya... kurang lebih sudah saya lakukan selama 3 tahun ini. Namun entah kenapa, kali ini dirinya meminta saran saya untuk memutuskan perkara penting yang bisa jadi menjadi penentu jalan kehidupannya.
Bagiku, itu sebuah kehormatan, di mana “guru” saya meminta pertimbangan saya dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan semangat saya membalas sms demi sms yang dia kirimkan kepada saya... dan detik-detik konflik dan friksi pemahaman pun mulai bermunculan... begitu alotnya perbincangan, sampai-sampai hampir 2 jam kami ber-sms ria membahas masalah tersebut. Hasilnya.... Masing-masing masih tetap pada pendiriannya, tidak ada titik temu.
Saya akan memberikan hak penuh kepada pembaca untuk menentukan argumentasi mana yang sekiranya patut utnuk dijadikan rujukan hidup untuk diaplikasikan dalam kegiatan sehari-hari.
Masalahnya begini... Guru saya berpendapat bahwa hidup itu harulah sesuai perintah. Kita hidup karena diperintah untuk hidup. Kita baik karena kita diperintah untuk baik. Dan kita patuh pada orang tua karena kita diperintahkan Tuhan untuk patuh kepada orang tua.
Sedangkan saya berpendapat begini... Kita hidup atas sebuah alasan. Kita harus berlaku baik karena itu merupakan pilihan logis jika dirimu ingin bahagia dunia akhirat. Dan kita patuh kepada orang tua karena apa yang mereka katakan “biasanya” demi kebaikan untuk kita.
Jika pembaca sekalian paham, di sini terjadi perbedaan paham mendasar antara saya dan guru saya. Guru saya mempunyai paham yang pasif di mana “Tuhan” berperan penuh pada kehidupan kita dengan menciptakan sistem yang telah ada. Kita tinggal mengikuti setiap perintah-Nya... Entah apa pun itu.
Sedangkan saya... saya merasa kehidupan ini adalah sebuah anugerah Tuhan yang mana kita diberikan kesempatan untuk menemukan hikmah dalam setiap perintah-Nya. Tidak langsung asal kerjakan saja... Itu menurutku.
Saya lebih menitikberatkan sudut pandang saya kepada sebuah pilihan. Kita tahu bahwa hidup ini pilihan... Silahkan anda memilih jalan yang anda kehendaki saat anda sudah tahu dan siap menerima setiap konsekuensi logis dari pilihan anda. Saya tidak akan berkata anda tidak boleh memilih jalan yang “kebetulan” buruk karena siapa tahu kita akan menemukan jalan kebenaran yang lebih mantap melalui jalan yang salah tersebut. Namun berbeda halnya jika anda masih saja memilih jalan yang jelas salah... itu kebangetan namanya, kurang pintar dan harus minum tolak angin... :)
Sebenarnya guru saya dan saya sendiri tidaklah berseberangan dalam mengartikan mana yang benar dan mana yang tidak. Hanya saja guru saya memilih jalan yang benar karena diperintah... sedangkan saya selain diperintah, tapi itu adalah untuk kebaikan kita sendiri. Tuhan tidak mungkin memerintahkan kita kepada jalan yang salah, jadi sangat wajar jika kita memilih jalan-Nya.
Entahlah apakah kita harus hidup pasif atau aktif dalam membentuk takdir kita. Silahkan anda mau mengalir seperti air atau berlari kencang bagai kuda liar... Silahkan. Asalkan anda telah memastikan bahwa jalan yang anda ambil adalah jalan-Nya.
Semoga berhasil...

Gempa yang Mengguncang Jiwa


Sekali lagi... dan mungkin akan terus berlanjut di hari kemudian.
Tuhan telah menampakkan kepada kita Kasih Sayang-Nya melalui cara-cara yang mungkin mengguncang jiwa kita.
Banyak yang bertanya, "Kenapa ini terjadi?", "Apa salahku sehingga ini menimpa padaku?", "Kenapa di Negeri ini bencana selalu menimpa?" Menyertai tangisan bocah-bocah yang digendong ibunya.
Mengerikan... Tapi kita sudah biasa bukan? Bom Marriot dua ternyata hanyalah sebuah pemanasan agar kita tidak terlalu kaget atau syok mengalami "ledakan" yang lebih dahsyat, hebat, dan kuat ini.
Hati ini berkata, "Pasti ada hikmah di sini...". Mengatarkan sebuah pesan ke otakku bahwa ada sebuah pelajaran di sini.
Namun apa? Saya tidak bisa menjawabnya... Saya tidak bisa asal cuap-cuap menerangkan apa yang sebenarnya terjadi dalam kehidupan ini. Mungkin ada orang yang pantas, seorang yang telah mengalami guncangan 10 skala richter dalam jiwanya, akan menerangkan bahwa gempa yang kita rasakan belmlah apa-apa.
Menanti sebuah jawaban... dari sebuah pertanyaan, pertemuan yang singkat.
Menengok ke belakang melihat memori lalu untuk sebuah pelajaran. Tapi untuk berjalan ke depan, mata kita haruslah fokus ke depan.
Fokus dan berjalan... Membawa kita sebuah tempat yang kita inginkan...
.......
.......