Jul 24, 2009

Menunggu Kembalinya Si Kancil


Di saat kita masih kecil “mungkin” kita sudah sangat akrab dengan namanya cerita Si Kancil. Yap... cerita singkat yang bercerita tentang kepandaian kancil untuk memainkan segala peluang yang ada untuk kepentingannya. Kepandaian dan kelihaiannya dalam mengerjai teman dan musuhnya “mungkin” selalu membuat kita terperangah dan tertawa geli... yah namanya juga anak-anak.

Sekarang kita sudah dewasa... di mana cerita Si Kancil telah hilang ditelan waktu, hanya mungkin beberapa orang tua yang tiap malam masih dengan setia menceritakan cerita-cerita sederhana kepada anaknya... dengan harapan si anak akan mengambil hikmah yang baik untuk diterapkan di kehidupan sehari-harinya.

Saya selaku penulis masih mengharapkan “pahlawan kecil” (karena tubuhnya memang kecil) ini akan kembali ke hadapan kita... dengan aksi yang baru dan menghibur. Mungkin tidak secara langsung di hadapan saya dan teman-teman seangkatan saya, tapi terlebih kepada adik-adik dan anak-anak kita yang saat ini telah disusupi cerita-cerita negatif dari berbagai media televisi.

Cerita yang baik, inspiratif, dan aplikatif amatlah dibutuhkan oleh semua anak-anak yang imajinasinya berkembang. Bagaimana mereka kemudian mengaplikasikan “pemikiran” kecil mereka adalah menjadi tanggung jawab orangtua.

Anak-anak adalah pemerbaik bangsa... tapi juga bisa sebagai penghancur bangsa... tergantung bagaimana bangsa tersebut sadar dengan penuh bahwa anak kecil di samping mereka adalah penerima tongkat estafet perjuangan bangsa.

Lalu bagaimana dengan bangsa Indonesia? Akankah bangsa ini memperlakukan anak-anak sebagai target pasar yang menguntungkan? Menjadikan mereka konsumtif dengan berbagai mimpi yang dijual oleh produsen-produsen kita, benar begitu?

Kitalah yang wajib menjawab pertanyaan ini...


2 comments:

Q-Tsune said...

Membaca post anda jadi ingat, ada iklan produk yang mengisahkan begini

"Ada seorang anak yang lelah pulang dari sekolah dan ingin langsung makan. Kukira, makanannya lumayan enak dan bergizi, ternyata tidak. Makanannya adalah nasi dengan lauk kecap dan kerupuk. Dimanakah letak nilai sehat dalam hidangan itu?"

Iklan ini mengingatkanku kepada beberapa orang tetangga yang, memang dibawah garis kemiskinan dan hanya bisa (baca terpaksa), memberikan anak-anaknya dengan makanan yang sederhana.

Melihat kembali pada iklan televesi tersebut, timbul pertanyaan: Apakah sudah sangat parahkah pertelevisian indonesia sehingga mnampilkan hal yang, saya rasa, negatif.

Kemudian dimana gerangankah kak Seto, atau mungkin ganti nama jadi Sedo, yang sebelumnya menggembar gemborkan tentang pedidikan yang baik.

Memang, cerita buatan negara sendiri adalah yang terbaik, baik ide maupun penyampaian, adalah yang terbaik, bagi orang yang tinggal dala negara tersebut.

Salam..

Be Justice Is My Choice said...

Alhamdulillah, kesadaran anda selaku bagian dari negara ini amatlah berharga, dan Anda telah menjawab pertanyaan penting di atas dengan sangat baik.
Kita berdoa agar negara dan bangsa ini bisa menjadi yang terbaik bagi kita semua. Semoga berhasil

Post a Comment