Oct 17, 2009

Episode 2, Azurill Namanya


Bayi Lahir


|Lihat Seri Sebelumnya|


Ya… Setelah lama aku menunggu, orang itu akhirnya tiba… sang penghubung antara duniaku dan dunia manusia… Azurill.
..............................................................
Inilah saat sebuah kisah sederhana tentang manusia penghubung alam dan dunia manusia bermula…
Hari itu ya… seperti biasa, langit cerah, laut tenang, dan hal-hal indah lainnya.
“Ah nggak seru.” Omelku… aku masih dalam keadaan yang sama, menanti sebuah masa di mana manusia akan dimusnahkan dan diadili karena telah menyakiti aku selama beratus-ratus tahun lamanya. Namun, hari ini agak berbeda daripada biasanya. Kenapa? Karena aku tidak biasa melihat seorang Ibu meninggal karena melahirkan seorang anak. Ya… ketidakseruanku ternyata diselimuti kepedihan dari seorang keluarga yang menunggu kelahiran generasi barunya. Aku bukan tipe “udara” yang suka melihat hal-hal sedih, tapi tak apalah melihat sejenak manusia yang telah lama menyakitiku, mungkin aku bisa tersenyum sejenak puas melihat manusia menderita.
“Oh, ternyata anaknya laki-laki.” Kataku dalam batin.
Aku mendengar jeritan yang bersahut-sahutan dari luar rumah. Tapi keadaan terlihat kontras di bagian dalam rumah itu. Dalam rumah itu sepi, hanya ada si bayi, seorang laki-laki paruh baya, dan seorang bapak-bapak sudah renta. Aku hanya mendengar tangis bayi itu begitu keras… tapi aneh… aku tidak mendengar suara apa pun dari sang ayah.
“Kok aneh orang ini, istrinya meninggal dia malah kelihatan gembira dan santai.” gumamku dalam hati.
Memang benar aku tak mengerti banyak tentang manusia, tapi umumnya manusia akan sedih jika orang yang dicintainya meninggal. Hatiku dirundung rasa penasaran, ingin tahu kenapa orang ini tidak terlihat sedih sama sekali.
“Augus… kenapa kamu tidak terlihat sedih, bukankah istrimu meninggalkanmu? Apakah kau tidak menghargainya, sehingga kepergiannya tidak mengusikmu sama sekali?” Tanya seorang bapak-bapak tua kepada “orang santai” tersebut.
“Pak… sungguh jika bapak bisa melihat bagaimana keadaan hatiku saat ini, tentu bapak tidak akan berkata demikian kepada saya. Aku sedih… itu pasti, karena aku adalah manusia biasa. Tapi apakah pantas aku terlihat sedih dihadapan putraku yang baru lahir. Jika aku terlihat sedih saat ini, tidakkah ia akan berpikir bahwa aku tidak suka akan kedatangannya?”
Tiba-tiba angin berhembus agak kencang… Kata-kata orang yang bernama Augus ini serentak menggetarkan tubuhku yang terbuat dari berbagai macam gas. Aku setuju 100 % dengan kata-kata orang santai itu.
“Wah…wah… ada juga orang seperti dia. Namanya akan kuingat, Augus… ya, Augus…” Kataku.
“Lalu, anak itu akan engkau beri nama siapa?” Tanya bapak itu setelah terdiam agak lama.
“……” Augus tidak menjawab, ia hanya duduk melihat si anak yang terus menangis. Aku yakin dia belum mempersiapkan nama yang bagus untuk anaknya.
“Kalau boleh, akan kuberi nama dia…”
“Azurill…” Jawab Augus pelan menyela kata-kata si Bapak.
“Apa? Apa kau bilang? Aku tidak mendengar…”
“Namanya Azurill, Azurill Loutac.” Jawab Augus pelan.
“Azurill? Nama apa itu? Dasar orang aneh, memberi nama kok yang aneh-aneh.” Protesku mendengar nama yang nyentrik itu. Tapi aneh juga si Bapak, ia tidak protes ketika mendengar nama itu. Mungkin nama itu sudah biasa dalam keluarga mereka.
Si Bapak kemudian beranjak pergi, namun hanya beberapa langkah ia kemudian berhenti.
“Augus… entah kenapa aku merasa special dengan anak itu. Nama yang engkau berikan mungkin akan sangat cocok dengannya di kemudian hari. Bagiku, anakmu terlihat sangat berbeda… seperti kau Augus.” Kata Bapak itu kepada Augus.
Augus hanya tersenyum. Ia berdiri dan beranjak meninggalkan Azurill yang tidur di sebuah dipan kecil yang beralaskan kasur kecil. Ia kemudian berwudlu dan mengumandangkan adzan dengan indahnya di dekat telinga anaknya.
“Hah… tak kusangka ada orang macam dia. Anaknya nanti kira-kira seperti apa ya…?” Tanyaku penuh rasa ingin tahu.
Sewaktu itu aku tak bisa berlama-lama melihat drama pedih keluarga tersebut. Aku ada urusan yang banyak untuk menjaga dunia ini tetap seimbang. Aku harus mengantarkan awan pada tempatnya, membantu penyerbukan tumbuhan, membawa hawa panas dan dingin, dan masih banyak lagi. Aku hanya berharap bisa menemui keluarga itu lagi di lain hari. Minimal aku harus tahu bagaimana perkembangan Azurill.
Maka aku pun pergi meninggalkan keluarga itu, mungkin untuk beberapa waktu yang lama.
Bersambung...
********************************************************************************


Ehm… Ehm… Bagaimana ceritanya? Saya harap bisa menghibur para pembaca sekalian. Jika belum menghibur ya… tak apalah, namanya juga belajar. Akan sangat membantu saya apabila pembaca memberikan kritik dan sarannya. Ikuti terus kelanjutannya… semoga berhasil.

No comments:

Post a Comment