Oct 15, 2009

Menafsirkan Realitas Kehidupan



Einstein


Hari ini adalah hari yang cukup spesial, saya mendapat pengetahuan tambahan yang mungkn bisa dibilang lumayan berharga untuk terus diingat. Pengetahuan tersebut disampaikan secara tulus dari dosen kepada kelas kami berhubung waktu itu kelas kami ramai (bukan termasuk saya) dan kurang memperhatikan apa-apa yang disampaikan oleh dosen saya. Jadi ya.. agak gimana gitu kondisi saya saat menerima "sindiran" cerdas dari dosen.
Sindiran cerdasnya berbunyi seperti ini


Untuk menjadi orang yang cerdas sangatlah mudah, namun untuk menjadi orang yang bijak amatlah sulit

Bagaimana menurut anda? apakah menjadi orang yang cerdas itu sangat mudah...?
Kalau saya pribadi setuju dengan pendapat dosen saya. Di samping penjelasan-penjelasan yang akan saya uraikan di artikel ini, ada satu hal yang membuat saya percaya pada kata-kata tersebut, yaitu keyakinan saya bahwa itu adalah pengalaman pribadi beliau. Beliau mengatakan hal itu tidaklah serta merta menyimpulkan bahwa orang cerdas itu sekarang banyak dan kurang bernilai dibandingkan orang bijak. Ia menyebutkan seperti itu bagi saya adalah pengalaman atas kehidupannya yang merasa bahwa menjadi orang cerdas saja itu tidak cukup, anda harus menjadi seorang yang bijak.
Tahukah anda perbedaan antara orang yang cerdas dan orang yang bijak?
Saya akan menjelaskan perbedaan tersebut dengan versi saya sendiri (tidak 100% benar), mari kita gunakan diagram venn, jika orang cerdas adalah himpunan A dan orang bijak adalah himpunan B maka himpunan A adalah himpunan bagian dari himpunan B, sehingga setiap anggota himpunan A adalah anggota himpunan B. Union dari himpunan A dan B adalah himpunan A itu sendiri...??? Bingung dengan penjelasan saya?
Intinya untuk menjadi orang yang bijak, cerdas adalah sifat yang wajib untuk dipunyai. Orang tanpa ilmu dan kepandaian dalam mengolah informasi tidak akan menjadi orang yang bijak.Itulah kenapa tiap Rasul mempunyai 1 sifat wajib yaitu cerdas.
Lalu di mana letak perbedaannya? Ya... itu yang saya bikin judul untuk artikel ini, yaitu kemampuan seseorang dalam menafsirkan macam-macam realitas kehidupan.
Orang cerdas boleh pandai dalam hal mengolah data, namun diperlukan orang yang bijak untuk menafsirkan apa yang terjadi sehingga orang tersebut akan menghasilkan suatu keputusan yang memang baik untuk diikuti. Pernahkah anda melihat orang cerdas yang tidak tahu bagaimana yang seharusnya ia lakukan dalam menjalani kehidupannya? Ya... itulah perbedaannya.
Perlu diingat cerdas tidaklah selalu identik dengan nilai A, 100, B+, 90, atau simbol-simbol akademis yang lain. Kecerdasan dilambangkan dengan tingkah laku yang mempunyai impact yang baik. Ia harus sabar, tenang, teliti, dan lain sebagainya walaupun pada kenyataannya ia buruk dalam mendapatkan nilai memuaskan dalam setiap mata pelajarannya. Apakah anda salah satu di antaranya?
Janganlah putus asa. Keberhasilan adalah hak bagi setiap orang yang mau berusaha dalam menjalani segala konsekuensi untuk mendapattkan keberhasilan tersebut. Tuhan tidak diam saja dalam memelihara kita. Tuhan akan selalu membimbing mahkluk-Nya yang sering ingat dan memohon akan apa-apa saja yang ia butuhkan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Maukah anda menjadi orang bijak... langkah pertama anda adalah komentari artikel yang saya buat ini.




See Another Post:

No comments:

Post a Comment