Oct 12, 2009

Kenapa Hanya 1 Hati?



kupu-kupu indah

Ada pepatah lama yang sering mengatakan begini, "Banyaklah engkau mendengar daripada berbicara, oleh karena telingamu berjumlah dua daripada mulutmu yang cuma satu." Logiskan apabila kita cerna, bahwa kita memang harus banyak mendengar daripada berbicara, karena banyak orang menyesal dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Sedangkan mendengar adalah sangat baik bagi mereka yang mengambil ilmu daripadanya.
Nah, jika sekarang saya memberi anda pertanyaan begini, "Lalu kenapa kita hanya mempunyai 1 hati? Bukankah kita harus menggunakan lebih banyak suara hati..."
Jika dianalogikan dengan ungkapan pepatah di atas, pertanyaan saya mempunyai indikasi yang mengarah berlawanan, oleh karena hati hanya satu maka konsekuensi logisnya adalah kita gunakan saja sedikit hati untuk melakukan kegiatan kehidupan kita. Tapi ini salah kan?
Nah bagaimana menjawab pertanyaan ini? Ada beberapa teman sejawat yang dengan baik hati mau menjawab pertanyaan "sepele" seperti ini. Saya pilihkan jawaban terbaik, diantaranya:


  • Njaga 1 hati saja susah apalagi 2

  • Agar kita konsisten

  • Karena kita tidak selalu harus mengetahui alasan sebuah keberadaan di dunia ini...

  • Agar kita tidak mendua dalam cinta, janji, dan ketaatan.



Hmmm... Bagaimana menurut anda?
Untuk jawaban pertama, ya itu benar sih... tapi kenapa kita merasa susah dengan 1 hati, bukankah jika Tuhan mau, kita akan diberikan pedoman untuk menjaganya. Gimana hayo...
Untuk jawaban kedua... Agar kita konsisten, ini masuk akal, namun kekonsitenan ini berupa apa? anggap saja hati adalah sebuah wadah. Kemudian kita diberi 1 wadah lagi untuk menampung segala ilmu yang ditanamkan ke dalam hati kita... Bukankah itu tetap konsisten, kan yang penting isinya bukan wadahnya... Betul?
Untuk jawaban ketiga... Wah ini jawaban filsuf nih. Tapi ga pa2 juga, itu benar. Tapi yang menjadi pertanyaan saya belum terjawab.
Untuk jawaban keempat... Nah ini agak mirip dengan jawaban kedua, yaitu "konsisten", kalau kita tidak mendua sifat artinya kita konsisten, tapi tidak apa-apa juga kalau ditambahkan. Mau tau jawabannya klik disini aja, agak panjang soalnya...
Ingat ini bukanlah sebuah diskusi penting, apa pun jawaban anda tidak akan berpengaruh banyak kepada kehidupan anda, karir anda, atau nilai akademis anda. Saya hanya mengajak anda berpikir sejenak mengenai hal yang mungkin simpel dan sepele, tapi menantang juga kan...
Kehidupan akan indah disertai pemahaman akan hidup dan mati yang baik dan terpadu. Bagaimana kita mengintegrasikan sesuatu yang kontras macam itu adalah pintar-pintar kita mengkaji wahyunya, belajar pada yang ahli, dan terus menerus berpikir untuk menemukan solusi yang tepat untuk menutupi kekurangannya. Hal itu bukanlah pekerjaan sehari yang bisa diselesaikan dengan hanya membalikkan tangan. Diperlukan pemikiran yang kuat dan luas untuk dapat menerima segala "isyarat"-Nya dalam berbagai bentuk. Jadi anggap saja kita sedang berlatih berpikir.

Nb: Jawaban Menyusul, setelah banyak argumen yang muncul di kolom komentar... Oh ya... dan satu lagi, tidak ada jawaban yang benar dan salah, yang ada saling melengkapi, jawaban yang pasti benar adalah Wallahualam Bisawab... Semoga berhasil.





See Another Post:

3 comments:

RAVEN SAPUTRA said...

HEi Be JUstice pasti kemarin Sms Q gak kebaca semua, Padahal jawaban Q,tu ad di Sms paling bawah bukan yang atas,Yang di atas cma pembukaan saja tapi isinya dibawah. Bisa Dibaca lagi! (klo masih ad). SEkian Bro, RAVEN SAPUTRA.

Be Justice Is My Choice said...

Sbenere jawabanmu sudah "agak" terwakili dengan jwaban temen yang lain... Ya udah tak tambahin deh...

Unknown said...

Hihihi, metode wawancara unmanner ya?
Ehem, kayaknya kalau boleh saya juga berkomentar deh, tapi karena saya orangnya agak di luar nalar jadi maaf saja yah...
Mengapa kita harus berpikir kita punya 1 hati dan dihubungkan dengan mendengar suara 'hati'? (emangnya 'hati' bisa bersuara?) Bukankah memang setiap manusia ditakdirkan untuk mempunyai 1 liver (maaf kalau salah, soalnya bukan anak kesehatan). Jadi itu emang takdirNya nggak usah berusaha membesarkan liver tersebut dan menjadikannya menjadi banyak, demi memperoleh sifat lapang dada and whateverlah. Kita optimalkan dan jaga saja apa yang telah diberikanNya.
Terus untuk masalah cinta dan suara qolbu. Kita memang harus mendengar dari banyak suara meskipun suara qolbu yang sebenarnya adalah dari Tuhan dan tidak terjangkit nafsu (jadi nggak perlu mendengar dari banyak 'suara'). Tapi karena sebagai manusia (yang sumber masalah dan masih belum suci) dan kita belum paham benar suara qolbu yang sebenarnya itu, maka kita harus mau menerima pandangan dan pendapat dari qolbu orang lain.
Intinya jangan samakan liver dengan qolbu karena itu adalah dua masalah yang bertitik tolak yang berbeda...

Post a Comment