Oct 22, 2009

Kenapa harus 8%?





Menteri baru Indonesia telah terpilih, meredakan hawa panasnya pemilihan orang nomor ke sekian setelah pemilihan orang nomor 1 dan 2 di Indonesia. Tapi yang namanya manusia, maunya yang hot, sekarang masyarakat akan berspekulasi tentang bagaimana kinerja mereka dalam waktu dekat ini, khususnya 100 hari ke depan - walaupun saya sendiri masih ragu bagaimana segelintir orang dapat mengubah Indonesia dalam 100 hari.
Ada bermacam-macam agenda tentunya dari berbagai menteri yang telah diamanati tanggung jawab, namun yang menjadi persoalan adalah apakah agenda tersebut sudah tepat? Karena kalau tidak tepat, entah itu seratus hari atau seratus tahun takkan ada bedanya. Betul?
Oleh karena saya siswa ekonomi, saya akan memberikan sedikit komentar perihal rencana pejabat tinggi negara untuk memperbaiki kondisi ekonomi kita.
Agenda yang saya baca di sini mungkin sudah "lumayan" untuk mengejar target jangka pendek. Namun untuk jangka panjang, saya rasa perlu lebih banyak lagi pembenahan yang banyak dianggap orang sepele, yaitu pada sektor moril bangsa. Saya tidak akan membahas mengenai ini di sini, karena mungkin tempatnya tidak cukup ya? Saya hanya akan membahas pada sisi ekonomi saja, yaitu masalah pertumbuhan ekonomi.
Bagi saya, agenda tersebut tidaklah mengejutkan (meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% dengan kualitas yang lebih baik.) Kenapa tidak mengejutkan? ya... karena sudah berulangkali dibahas di media pertelevisian.
Saya hingga sekarang masih terheran-heran, kenapa angka pertumbuhan ekonomi terus saja disebut hingga sekarang (terlepas bahwa saya anak ekonomi lho ).
Saya tahu bahwa indikator dari kemakmuran kita adalah angka pertumbuhan ekonomi, tapi angka itu masihlah semu. Sama halnya ketika kita menilai kepandaian seseorang dengan nilai rapor. Tidakkah kita bisa lepas angka tersebut dan mulai melihat ke sekeliling kita. Andaikan ada cara untuk mengubah nasib bangsa, itu mungkin mirip dengan memberdayakan mereka, menaikkan nilai tambah kepada setiap daerah, dan memperhatikan bagaimana pendidikan kita + menetapkan suatu nilai moril dan agama yang kuat pada masyarakat (saya tidak bahas panjang di sini).
Saya belumlah expert dalam bidang ini, tapi saya banyak belajar dari pengalaman melihat para ahli berbicara (jika ada salah saya mohon maaf, mohon dibetulin ).
Pesan saya kepada para pemimpin dan calon pemimpin, bahwa negara kita membutuhkan lebih daripada sekedar pertumbuhan ekonomi. Krisis multidimensi telah menggugah kita untuk berpikir lebih ke dalam diri kita, memunculkan pertanyaan absolut, "Apakah kita telah melakukan hal yang benar?"
Ya... bercermin dan bercermin, telah seberapa jauhkah kita salah melangkah...?

No comments:

Post a Comment