Oct 24, 2009

Pertamina Ulang Tahun?





Artikel ini saya dedikasikan untuk Pertamina yang telah berjuang selama 52 tahun lamanya menyediakan BBM untuk kemaslahatan bersama.
Tentu dalam 52 tahun banyak rintangan yang menghadang dalam mewujudkan Indonesia yang mandiri dalam bidang energi (mengingat kita adalah negeri kaya minyak dan gas). Tapi tak bisa dikesampingkan juga berbagai keberhasilan Pertamina dalam usahanya mencukupi kebutuhan energi dalam energi, seperti.... Oh yaa... memberikan energi beasiswa kepada anak-anak bangsa yang berprestasi, betul?
Nah mengingat Pertamina telah berjuang begitu keras marilah kita melihat kembali beberapa kisah terbaru sepak terjang Pertamina dalam usahanya sebagai perusahaan pelat merah yang profesional, yaitu pihak Pertamina akan menaikkan harga tabung gas elpiji Rp 100/kg.
Adakah yang salah dengan hal ini? Menurut saya tidak, karena bagaimanapun juga yang namanya perusahaan pasti cari untung, kalau bisa sebesar-besarnya, dan pertamina berhak akan hal itu. Sejauh ini Pertamina mengaku terus rugi dan rugi, kalau terus merugi lalu karyawannya digaji dengan apa dong? kan ga mungkin kalau pakai daun. Itu karyawannya, gimana kalau jajaran direksinya, kan mereka maunya pulang dengan tangan penuh (bukan tangan hampa lho). Jadi wajar dong kalau menaikkan harga di saat masyarakat membutuhkannya.
Nah, letak permasalahannya begini, kenapa harus pertamina yang untung, bukan kita? Bukankah minyak di Indonesia adalah milik negara? Dan kitalah (maksudnya rakyat) yang
memegang kedaulatan negara... Seharusnya kita dong yang untung, betul?
Permasalahan ini terkadang menjadi paradoks tersendiri bagi perusahaan pelat merah yang di satu sisi ingin untung besar tapi di satu sisi ia harus memenuhi kewajibannya sebagai pelayan rakyat. Pertamina dengan "kuasannya" dalam mengatur perminyakan sulit untuk tidak tergoda untuk mentransform diri dari "pelayan" menjadi "penjual", dan karena kita sangat membutuhkan dia, ia akan berubah menjadi "raja". Nah ini yang celaka.
Kritik dari masyarakat tentu dibutuhkan sebagai kontrol agar hal yang saya ungkapkan di atas tidak terjadi, namun tentu ada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kritik ini:


  1. Kritik haruslah sesuai dengan etika dan norma

  2. Kritik haruslah mengandung maksud dan isi yang membuat penerima termotivasi untuk memperbaiki diri

  3. Kritik haruslah kritis, tidak boleh melencong dari konten yang disampaikan



Agaknya syarat "dasar" belumlah banyak dimiliki oleh masyarakat kita.
Nah untuk Pertamina ini kritik dari saya:
Kenaikan Elpiji dari waktu ke waktu adalah hal yang biasa mengingat gas elpiji adalah sumber daya alam yang terbatas, tapi yang perlu diperhatikan adalah efisiesi kerja. Efisiensi kerja ini perlu mengingat Pertamina adalah sebuah perusahaan sekaligus pelayan rakyat, tanpa efisiensi Pertamina adalah "beban" rakyat. Jadi sejauh manakah anda bisa membuat produksi anda efisien? itulah yang kami tunggu.

Nb: Oh ya, saya berterima kasih kepada Master saya karena telah memicu saya untuk memberikan komentar ini, semoga berhasil master....

1 comment:

re-saintazkiya said...

Semoga berhasil juga^_^
kritik : Seharusnya dijelaskan efisiensi kerja dalam arti lebih lanjut, karena bagi masyarakat umum seperti saya bentuk riil dari efisiensi yang anda tulis belum jelas, karena pengetahuan rakyat biasa seperti saya dengan rakyat biasa juga seperti anda, serta rakyat biasa yang lain mungkin berbeda.

See You next case!

Post a Comment