Aug 1, 2009

Emosi adalah Tamu

Di dalam kehidupan kita emosi adalah sesuatu yang tak pelak merupakan syarat dari setiap perwujudan atas pemikiran kita. Dengan emosi kita menunjukkan kepada orang-orang di sekitar kita tentang apa yang sebenarnya perasaan yang sedang kita rasakan terhadap mereka. Namun, dalam kenyataannya, emosi justru seringkali menjadi penghambat dari kemajuan mereka dalam mencapai kemuliaan dan penghormatan yang sebenarnya layak untuk mereka dapatkan.
Masalahnya adalah manusia seringkali menunjukkan emosi “spontan” mereka apa adanya. Mereka ber-emosi ria sebagai sinyal persetujuan dan pertidaksetujuan. Ketika kita diberi hadiah... tanpa pikir panjang kita langsung menunjukkan raut muka senang tanda setuju, atau saat kita sedang dipuji... kita juga langsung tersenyum tanda kita setuju. Begitu pula sebaliknya, saat kita sedang difitnah atau dikecewakan raut wajah kita langsung merah padam tanda bahwa kita sedang marah dan tidak setuju atas kejadian tersebut.
Secara umum reaksi-reaksi spontan seperti itu adalah wajar adanya selama emosi kita tidak sampai menyakiti orang lain atau diri sendiri. Namun, kebanyakan dari emosi-emosi “spontan” itu menyebabkan orang dicap jelek... “hanya” karena telah melakukan sesuatu tanpa dipikir panjang, yang pada akhirnya menuju ke rasa menyesal yang berlebihan. Maka dari itu jaga penggunaannya.
Pesannya...
Emosi adalah tamu. Dan otak kita adalah tuan rumahnya... emosi datang dan pergi sesuai dengan keadaan yang menyebabkan dia datang. Emosi adalah tamu yang baik, kita tidak boleh cepat-cepat mengusirnya.... dan dirinya sadar tidak boleh berlama-lama tinggal di rumah kita. Perlakukan emosi sebagai tamu yang terhormat agar emosi tetap menjaga keindahan rumah milik kita... yaitu akal sehat kita.
Semoga berhasil

1 comment:

Q-Tsune said...

dengan bangga aku akan mempersembahkan sebuah tebakan untukmu. Tebakannya cukup mudah, Berapa Usia Amuba. Silakan ikutan, ngga perlu berpikir terlalu keras kok...

Post a Comment