Aug 25, 2009

Learning Skill


Artikel ini saya dedikasikan untuk teman saya satu universitas karena dirinya telah berhasil menyelesaikan tugas essai yang diberikan kepadanya. Lho memang kenapa? (itu pasti pertanyaan di benak anda) Begini, sewaktu saya berkunjung di kamarnya, saya diam-diam membaca essai yang dibuat – jangan kira saya maling lho! Saya sudah izin untuk membacanya pada malam sebelumnya. Saya tersenyum-senyum sendiri membaca essainya sementara dia tidur pulas di tempat tidurnya. Mungkin kecapekan setelah membuat essai itu pikir saya
Apa yang ditulis teman saya tersebut menggelitik otak saya untuk memberikan komentar. Mungkin masalah ini juga yang saat ini sedang dihadapi oleh generasi muda saat ini, Sebuah permasalahan yang penting agar kita dapat menjadi sebuah pemimpin yang baik... Lalu masalahnya? Jrengjengjengjeng.... Sebuah kecakapan belajar atau Learning Skill.
Kecakapan belajar adalah kemampuan seseorang untuk mengatur dirinya sendiri dalam proses pemahaman suatu cabang ilmu. Manusia mengerti bagaimana seharusnya ia hidup, bagaimana ia harus berkomunikasi dengan orang lain, haruslah melalui tahapan-tahapan pembelajaran yang ia atur sedemikian rupa sehingga proses pemahaman dapat ia lakukan dengan baik. Singkatnya, suatu kemampuan diri dalam mengatur bagaimana ia belajar (masih panjang ya....:))
Teman saya tersebut dalam essainya mengkritik bagaimana kita sewaktu awal naik tingkat pendidikan yang lebih tinggi (contoh dari SMP ke SMA, SMA ke Perguruan Tinggi) selalu disuruh untuk mengubah cara belajar, karena cara belajar yang kita pakai sebelumnya “pasti” tidak cocok dengan metode pendidikan baru yang akan kita rasakan nantinya. Ia berpendapat biarlah orang itu sendiri yang menentukan cara belajarnya agar ia berhasil. Jika ingin memberikan pemahaman tentang cara belajar yang baik, kita memposisikan diri kita sebagai orang yang memberi nasehat bukan sebagai guru. Artinya, mau berubah atau tidak keputusan tertinggi ada pada pelaku yang ingin belajar tadi, bukan kita.
Bagaimana, anda setuju dengan pendapat teman saya?
Bagi saya, sangatlah disayangkan apabila kita masih memandang kata “belajar” dengan hal yang berbau kental masalah akademis. Jika kita mendengar “Ayo, belajar!”, secara otomatis alam bawah sadar kita meneruskan “Biar pintar” kemudian otak kita menjawab, “Kalau pintar nilaimu bagus!” Kemudian kita merefleksikan tindakan kita dengan orientasi “ Kalau nilai bagus masa depan cerah.”. Proses ini begitu cepat dan tepat, hingga kita tidak sadar bahwa diri kita sedang mencerna kata belajar dengan hasil seperti itu.
Belajar adalah proses memahami. Bisa diawali dengan hapal terlebih dahulu baru paham. Namun juga bisa, kita memahami sebuah masalah dulu kemudian kita hapal ilmunya. Jadi betul kata teman saya apabila cara belajar haruslah ditentukan sendiri oleh orang yang akan belajar tadi. Kita tidak bisa memaksanya, karena tentu hasil yang didapat justru tidak akan maksimal jika memang apa yang kita sarankan tidak cocok dengan kepribadiannya.
Namun, ada satu hal yang bisa kita bantu terhadap teman kita jika hasil “belajarnya” belum maksimal (belajar dalam hal ini memahami), yaitu pada kecakapan belajarnya, bukan pada metode belajarnya. Kecakapan belajar meliputi kemampuan mengetahui (knowing), kemampuan mengerjakan (doing), dan kemampuan menjadi (being). Nah, kita bisa membantu teman kita di bidang-bidang tersebut. Contoh, jika teman kita kesulitan pada knowing-nya ya kita bantu dengan memberikan kepadanya pengetahuan-pengetahuan baru dengan cara menyenangkan, namun apabila jika dia yang susah pada doing-nya, ya bantu ia melakukan dengan cara yang sistematis...begitu seterusnya.
Nah sudah jelaskan, bagaimana pentingnya permasalahan yang ditulis teman saya... Manusia tidak pernah lepas dari proses perbaikan, dan itulah gunanya belajar.
Sebagai penutup, tampaknya saya harus berterima kasih kepada teman saya karena telah mengingatkan kita pada hal yang penting pada manusia yaitu belajar... karena dengan itu kita bisa menjadi manusia yang utuh... benar begitu?
Semoga berhasil...






See another post:

2 comments:

Anonymous said...

cuma nambahin aj>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
jika orang belajar hanya untuk masa depan yang cerah memang baik tapi kadang2 kalo terlalu cerah ya bikin kita tidak bisa belajar lagi karena mata sakit tuh, jadi yang lebih baik menurut saya adalah belajar yang dimana kita masih dapat melihat diri kita sendiri bahkan hal2 yang terjadi dilingkungan sekitar kita.jangan sampai membuat kita buta,sehingga kita lupa untuk bercermin pada diri kita sendiri dan bisa-bisa jadi sombong atas ilmu yang kita miliki,kesimpulannya maka kita harus belajar ilmu selain yang bersifat akademis, jadi ilmu akademis kita jadi lebih bermanfaat bagi kehidupan kita bahkan mungkin bagi orang lain.

Be Justice Is My Choice said...

Sip dah buat anonim...

Post a Comment