Aug 27, 2009

Siapa Diri Kita?


Pernahkah anda termenung sendirian di sebuah tempat yang sunyi? Anda saat itu merasa orang-orang di sekitar anda tidak bisa diharapkan, begitu menyebalkan, dan tidak bisa memahami pemikiran anda. Kemudian, anda memilih untuk mencari jalan keluar anda sendiri hingga begitu lama sekali... terbayang dalam benak anda berbagai kesulitan yang siap menghadang jika anda memutuskan untuk mengaplikasikan solusi yang telah anda pikirkan sendiri. Dan pada akhirnya, anda jatuh pada kesimpulan besar, bahwa saya harus segera berubah.
Pernahkah anda merasakan emosi dari peristiwa di atas? Mungkin sekilas tampak sebuah gambaran orang depresi yang ingin segera mengakhiri hidupnya. Namun bagi saya, itu ada;lah sebuah anugerah apabila anda pernah merasakan kegalauan hati seperti karakter yang saya ceritakan di atas. Kenapa? karena banyak orang sukses mengawali keberhasilan mereka dengan sebuah perenungan panjang seperti yang telah saya diskripsikan di atas. Tapi perenungan macam apa yang sebenarnya saya uraikan di atas? Apakah perenungan sebuah penyesalan dosa atau sebuah perenungan akan kegagalan sesuatu?
Perenungan yang saya uraikan di atas adalah perenungan tentang diri kita sendiri. Kita merenung tentang siapa sebenarnya diri kita, mengapa kita di sini, dan apa yang salah dengan saya sehingga kehidupan saya kok dirasa aneh. Saat anda berpikir seperti itu anda seolah-olah terputus sejenak dengan dunia luar, dan hanya ada sebuah kekuatan besar yang mengendalikan kehidupan anda. Anda mulai menemukan kesadaran bahwa sebenarnya kita “ada” dalam sebuah maksud dan tujuan. Mungkin sebuah tujuan yang besar sehingga terpikir hanya kita yang dapat menjalankannya.
Lalu mengapa saya sebutkan orang sukses mengawali keberhasilannya dengan perenungan di atas? Karena orang sukses bertindak dan bertanggung jawab atas keberhasilan dirinya sendiri. Ia tidak menyalahkan orang lain karena keterpurukan yang dialaminya sat ini. Orang sukses terus merasa kekurangan “bahan” untuk menjadikannya dirinya pantas bersanding dengan idolan-idolanya yang telah jauh melampui daya khayalnya. Dan perenungan di atas adalah titik tolak seorang manusia untuk memahami apa sebenarnya yang harus dilakukannya untuk dapat mencapai keutuhan hidup.
Banyak cara sebenarnya agar kita berhasil mendapatkan keutuhan dalam kehidupan ini. Keluarga, teman-teman, alam, dan alat-alat bantu lainnya di dunia ini datang dihadapan anda untuk membantu anda sukses dalam kehidupan ini. Namun, hanya orang yang telah melalui proses yang panjang yang berhasil mendapatkan pemahaman akan penggunaan segala sumber daya alam yang ada di sekitarnya.
Dalam proses itu, saya, keluarga, ataupun teman anda tidaklah menentukan hasilnya, anda dan Tuhan yang berhak menuliskan berapa persen kemungkinan anda untuk berhasil. Berapa besar persenan itu ditentukan oleh kesiapan anda di hadapan Tuhan unutk mempertanggungjawabkan perbuatan yang anda lakukan. Jika mental anda siap untuk berhasil, Tuhan tentu dengan senang memberikan keberhasilan itu untuk anda, namun jika belum, Tuhan akan mengarahkan anda ke jalan lain di mana anda lebih siap untuk itu. Sayangnya, banyak manusia berhenti berusaha di saat Tuhan merencanakan jalan yang berbeda dari perencanaan awalnya. Dan saya harap itu bukan anda...
Besi harus ditempa begitu keras dengan api yang membara agar dapat menjadi pedang tajam yang dapat menghancurkan segala rintangan yang ada. Begitu pula dengan kita, tempaan yang berat dan menyakitkan dibutuhkan untuk menjadikan diri kita bagaikan pedang yang siap menyelesaikan tiap tantangan kehidupan. Bersemangatlah dan yakinlah bahwa kita semua berhak mendapatkan keberhasilan dalam kehidupan ini.
Semoga berhasil...

No comments:

Post a Comment