Aug 25, 2009

Ospek, Tidak Pernah Luput dari Kekerasan


Tahun ajaran baru merupakan momen penting pendidikan di mana lembaran baru seorang pelajar terbuka untuk diisi prestasi-prestasi yang gemilang. Pelajar-pelajar muda harapan bangsa menaruh harapan besar pada semua institusi pendidikan agar nantinya institusi pendidikan tersebut dapat mengantarkan dirinya menuju pintu gerbang kesuksesan.
Begitu pula si Orang tua dengan bangga memperkenalkan anak-anaknya yang telah naik jenjang ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Tujuannya sama pula, mengharapkan buah hatinya mendapatkan pendidikan yang baik agar nantinya menjadi orang yang berguna bagi masyarakat di sekitarnya.
Menarik, simpatik, dan bahagia, kata-kata yang tercermin saat kita berbicara soal euforia kelulusan. Padahal dibalik semua itu, berbagai tantangan baru siap menghadang para lulusan-lulusan muda berpotensi tersebut.
Satu tantangan yang pertama dihadapi si fresh graduate tersebut adalah MOS atau Ospek, di mana dalam acara tersebut para pelajar digembleng sedemikian hingga agar nantinya si pelajar baru tersebut siap atau setidaknya tidak kaget menghadapi suasana baru bangku pendidikan.
Biasanya, untuk urusan yang kompleks ini (karena tentu jumlah peserta didik begitu banyak) diserahkan oleh organisasi siswa yang tentu pelaksanaan acara tersebut dimotori oleh siswa. Nah, di sini celakanya... Siswa yang belum mengerti benar tentang psikologi siswa, disuruh untuk mempersiapkan mental siswa baru(dalam hal ini tentu menyangkut psikologi siswa).
Lalu, apa yang terjadi? Dengan besarnya kewenangan yang diberikan institusi pendidikan kepada siswa-siswa panitia tersebut, tentu si siswa akan merasakan sense berbeda saat menghadapi para siswa. Mereka akan merasa seolah-olah menjadi bos yang terserah mau berbuat apa kepada si pelajar baru. Akibatnya, Ospek tidak pernah luput dari kekerasan senior.
Dalam blog ini saya menaruh perhatian besar pada institusi pendidikan perguruan tinggi. Mereka memegang kendali "orang-orang dewasa" yang belum siap menghadapi masyarakat lepas, tentu "orang-orang baru" ini membutuhkan penanganan yang lebih gentle untuk menyiapkan mental mereka. Namun, fakta sering berbicara lain. Saya masih mendengar dan merasakan kekerasan masih sangatlah kental dengan Ospek... entah itu secara fisik maupun psikologis.
Menurut saya fisik okelah, mungkin capek sehari, namun untuk psikologis, luka hati mungkin akan tertmbun selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Pesan saya bagi para pengelola institusi pendidikan, lebih berhati-hatilah dalam menyerahkan tugas penting ini. Jangan asal serahkan yang penting beres, justru jika hal buruk terjadi, institusi anda yang akan mendapat citra buruk. Bersihkan semua intimidasi, kekerasan, dan perploncoan dari tanah pendidikan ini.
Semangat pendidikan Indonesia yang bersih...

4 comments:

Six Science Blog's Admin said...

Wah, kekerasan kaya-nya dah membudaya di negri kita ya... Memang cukup memprihatinkan...

re-saintazkiya said...

OSPEK dimana bos? di FE UI apa di FIK UI? Klo di FIKeramahan sih antikekerasan, antiperloncoan, antirokok, dan antimo (biar g mabok, hehehe)

Be Justice is My Choice said...

Wah... ada yang salah nih sama comment scriptnya...

Be Justice is My Choice said...

Nah sudah betul...
re-saintazkiya, Ospek di mana aja... jangan sebut merek hehehe...:)

Post a Comment