Aug 30, 2009

Menawar Kehidupan (Episode I)


Semoga apa yang saya ceritakan ini bisa bermanfaat bagi kita semua...
Saya pernah mengalami kejadian tragis yang mungkin dapat menjadi pelajaran bagi kita semua. Ceritanya begini... Waktu itu minggu pagi di hari yang cerah di mana mentari bersinar begitu indah menerpa tubuhku yang agak lemas. Semangat!!! menjadi modal saya untuk mengayunkan kaki di pagi yang sepi. Saya saat itu mengemban tugas untuk menemani dan menunjukkan tempat pasar dekat tempat tinggal kami kepada salah satu teman saya. Teman saya masih baru di sana jadi belum tahu banyak tempat-tempat untuk membeli alat kebutuhan. Bagi saya, apabila pergi ke pasar dan tidak membeli... rasanya ada yang aneh begitu. Jadi saya putuskan untuk membeli sesuatu (tidak saya sebutkan karena akan mengingatkan saya pada kejadian tragis) di sana.
Jalannya agak jauh dan berkerikil... sehingga keringat pun otomatis keluar dari sela-sela tubuh kami. Sesekali bercanda dengan teman sehingga perjalanan kami menjadi terasa lebih ringan. Setelah agak bingung-bingung sedikit karena tempatnya memang mojok nyelepit, kami akhirnya sampai di pasar tersebut...
Ramai begitulah kesan orang apabila mendengar kata pasar.
Dengan pede saya yakin bisa menawar harga barang yang saya inginkan, setengah harga adalah target utama saya. Mata saya bagaikan elang (:D mencari mangsa untuk ditawar... dan akhirnya kutemukanlah barang itu. Bahagia, senang, dan deg-degan mungkin perasaan itu yang sedang menyelimuti tubuhku. Kutanya harga barang itu dan pedagang itu menjawab 25.000. Langsung aku berkata, “Nggak ah, di detos aja harganya 20.000. Kubeli 15.000” Pedagang itu berpikir sejenak, dan menjawab, “Kita ini beli 17.500, masa dijual seharga begitu...”
Hatiku waktu itu langsung berpindah orientasi... “Wah kasihan juga dong,” begitu pikirku. Aku mencoba menawar agak keras dan mendapat 20.000. Aku senang tapi agak tidak puas... ada yang mengganjal di dalam hati ini. Entah perasaan apa itu, namun hati ini berkata kepadaku untuk jalan-jalan ke pasar lebih dalam lagi...
Okelah kataku... Aku berjalan menyusuri jalan pasar, bersenggolan dengan banyak orang, sesekali bertemu teman dan mengucapkan salam. Sampai akhirnya perjalananku berhenti sejenak melihat penjual yang menjual barang sama seperti penjual pertama. Aku tergerak untuk bertanya berapa harganya...
Betapa kagetnya diriku... harga yang ditawarkan setengah harga yang kubeli!!! Eiits... otakku kalap untuk sejenak. Aku tersenyum melihat diriku sendiri. Untuk kedua kalinya aku telah menjadi pihak yang kalah dalam menawar... Sambil menghibur diriku aku pulang. Aku merenung sambil tersenyum-senyum... tentu ada yang salah dalam diriku sehingga bisa mengalami kekalahan untuk kedua kalinya.
Bagi diriku itu sebuah pelajaran. Aku telah terjebak pada lubang yang sama untuk kedua kalinya. Aku bertekad suatu saat aku akan kembali untuk memenangkan pertarungan yang ketiga.
.....
Saat menulis cerita ini pun, saya pribadi masih terngiang-ngiang oleh kejadian itu. Tersenyum... masih menjadi senjata andalanku untuk menghibur diri.
Tapi senyum itu juga merupakan awal untuk menemukan hikmah di balik sebuah peristiwa pedih yang melanda... apakah hikmah yang bisa diambil untuk kehidupan kita....?
Bisakah anda membantu saya untuk menyebutkannya...?
To be continue....

No comments:

Post a Comment